PT Pertamina (Persero) tampaknya tak mau ketinggalan untuk ikut ambil bagian pada ekosistem industri baterai kendaraan listrik. Perusahaan negara tersebut sejauh ini diketahui fokus menyediakan bahan bakar minyak (BBM) dan gas.
Dokumen yang dipaparkan Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini dalam webinar Prospek BUMN 2021 Sebagai Lokomotif PEN dan Sovereign Wealth Fund, diketahui bahwa perusahaan mengkalkulasi kebutuhan dana US$ 3,2 miliar, setara Rp 45,6 triliun (kurs Rp 14.270/US$).
"Jadi mengantisipasi green energy transition ini kita sudah masuk menancapkan footprint kita untuk bisa mulai shifting terkait dengan proyek-proyek yang akan bisa men-substitute dari penurunan dari sisi fossil fuel," kata dia Kamis (4/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam dokumen tersebut, Pertamina berencana mendapatkan pendanaan untuk baterai mobil listrik dari Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA). Target proyek tersebut berjangka waktu 2022-2029.
Pada webinar tersebut, Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury mengatakan pemerintah berharap BUMN mampu mengembangkan bisnis model baru untuk jangka menengah-panjang, salah satunya adalah baterai mobil listrik (ev battery).
"Dan kita harapkan bahwa industri baterai ini akan betul-betul menjadi masa depan khususnya di sektor energi baru terbarukan," tambah Pahala.