PT Pertamina (Persero) memiliki tiga program prioritas sebagai bagian dari implementasi transisi energi sekaligus ekonomi hijau. Ini dalam rangka menjalankan arahan Presiden RI Joko Widodo terkait Grand Strategi Energi Nasional untuk transformasi energi dan memperkuat green economy, green technology dan green product.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan untuk mengatasi defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit) akibat masih tingginya impor energi. Di sisi lain, Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber daya domestik besar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku energi.
Ia menjelaskan untuk menjembatani kondisi tersebut, Pertamina telah memiliki tiga program prioritas sebagai bagian dari implementasi transisi energi sekaligus ekonomi hijau. Pertama, program penurunan impor BBM jenis Solar melalui implementasi Biodiesel B20 sejak tahun 2016 dan dilanjutkan dengan B30 pada 2019.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan program ini, Pertamina telah berhasil mengurangi impor solar secara signifikan. Bahkan mulai April 2019, Pertamina sudah tidak lagi mengimpor BBM jenis solar," jelasnya dalam keterangan tertulis, Senin (17/5/2021).
Lalu program kedua untuk pengurangan ketergantungan pada impor LPG, Nicke mengatakan Pertamina menjalankan proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) yang akan menggantikan penggunaan LPG di dalam negeri.
"Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki cadangan batu bara terbesar berpeluang baik untuk melakukan gasifikasi batu bara menjadi DME. Kami yakin dengan pengembangan DME ini dapat mencapai target pemerintah untuk bebas impor LPG pada tahun 2027," ucapnya.
Nicke melanjutkan program ketiga yaitu penurunan impor BBM jenis Gasoline. Caranya Pertamina akan mencampur Methanol dan Ethanol dengan Gasoline. Methanol dapat diproduksi dari natural gas ataupun gasifikasi batu bara dan Ethanol pun dapat diproduksi dari gasifikasi batu bara ataupun sumber bio-etanol lainnya.
Untuk menjamin keberlangsungan dari lini bisnis yang ada dan mengatasi isu lingkungan dari gasifikasi batu bara ini, kata Nicke, secara bersamaan Pertamina menerapkan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) untuk menekan emisi karbon dan sebagai bagian dari upaya Enhance Oil and Gas Recovery di sumur-sumur Pertamina untuk meningkatkan produksi migas negara.
Untuk hal ini, Pertamina juga menjajaki potensi kerja sama dengan Exxonmobil dan sedang melakukan kerja sama study CO2 injection di lapangan eksplorasi Gundih dan di lapangan eksplorasi Sukowati berkolaborasi dengan beberapa partner lainnya.
"Melalui pemanfaatan carbon capture yang terintegrasi dengan proyek DME, Pertamina yakin dapat menekan emisi karbon hingga 45%," pungkasnya.
(mul/ega)