'Putra Petir' Buka-bukaan Kisah Pahit Proyek Mobil Listrik

'Putra Petir' Buka-bukaan Kisah Pahit Proyek Mobil Listrik

Tim detikcom - detikFinance
Jumat, 17 Sep 2021 22:20 WIB
Baterai mobil listrik buatan Dasep Ahmadi
Ricky Elson/Foto: Ridwan Arifin

Bukan hanya itu masalah yang melilit Dasep. Sebab, saat menggarap prototipe pesanan BUMN, Dasep juga menerima tawaran kerja sama dengan Kemenristek untuk membuat 18 mobil listrik. Tawaran yang tidak dapat ditolaknya karena saat itu dia membutuhkan dana untuk menyelesaikan prototipe pesanan BUMN.

"Teman-teman yang pernah kerja sama dengan BUMN tahu bahwa ketika bekerja sama dengan BUMN, BUMN itu tidak menyediakan uang segepok Rp 30 miliar untuk mengembangkan mobil listrik langsung, tidak, ada DP, ada pembayaran kedua, ada syarat pembayaran ketiga, tentu saja di sisi Pak Dasep yang mengembangkan 16 (mobil listrik), beban pertama di dia dulu," jelasnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian pada bulan Oktober 2013 peluang dari Kemenristek diterimanya dengan dana sebesar Rp 24 miliar dan dia harus menyelesaikannya di bulan Januari 2014.

"Akhirnya beliau menerima kontrak-kontrak tadi yang menjadi jebakan buat beliau sendiri bahwa jika menggunakan uang negara maka pertanggungjawabannya ini akan selalu ada orang yang mencari kesalahan," terang Ricky Elson.

ADVERTISEMENT

Benar saja, di awal 2014 terjadilah temuan karena Dasep tidak bisa memenuhi pengadaan dari 3 BUMN sebanyak 16 mobil, lalu juga tersangkut dengan pengadaan 8 mobil untuk Kemenristek sehingga menyebabkan masalah besar.

"Dan dari masalah ini sebenarnya cukup yang dikaji jika itu adalah kegagalan pengadaan, cukup yang dikaji adalah kegagalan pengadaan itu saja, namun yang terjadi tidak demikian, yang terjadi adalah mencari segala kesalahan dan kekurangan Pak Dasep. Dibuatlah tim independen untuk mencari bahwa Pak Dasep itu salah, salah diberi uang sebesar itu lalu membuat barang yang nggak bisa dipakai," tambahnya.


(toy/hns)

Hide Ads