Dalam catatan detikcom, cerita pengembangan mobil listrik yang dilakukan Ricky Elson memang tak menemui jalan yang mulus. Pengembangan mobil listrik yang dibesutnya terkena masalah hukum dan dikubur dalam-dalam.
Kini, Ricky Elson tetap melakukan pengembangan mobil listrik lewat yayasan Lentera Bumi Nusantara. Nah yang kini jadi masalah adalah, pengembangan mobil listrik memang butuh pendampingan dari pemerintah, apalagi kalau mau cepat. Sementara saat ini untuk riset-riset teknologi macam ini para praktisi kurang mendapatkan pendampingan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang penting ini adalah mendampingi. Kita sering bicara strategi tapi minim pendampingan ke anak-anak muda kita, ke para praktisi kita, paling dibutuhkan adalah pendampingan," ungkap Ricky Elson.
Sebagai contoh saja, dalam membuat prototipe mesin mobil listrik dibutuhkan alat laser cutting untuk memotong besi menjadi komponen mesin. Sejauh ini alat seperti itu masih langka di pusat-pusat riset, misalnya saja di bengkel-bengkel yang ada di universitas teknik.
"Seharusnya peralatan peralatan macam laser cutting seperti ini ada di pusat pengembangan. Baik di BPPT atau bengkel-bengkel di universitas supaya satu hari bisa bikin 10-20 prototipe," ungkap Ricky Elson.
"Tidak apa-apa seharusnya kita investasi Rp 40-50 miliar buat anak-anak," katanya.
(hal/ara)