Pabrik Holding BUMN Perkebunan Pakai Pembangkit BBM Limbah Sawit

Pabrik Holding BUMN Perkebunan Pakai Pembangkit BBM Limbah Sawit

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 14 Okt 2021 17:09 WIB
Sawit
Foto: Sawit (Istimewa/NSS)
Jakarta -

Pemanfaatan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) dan penurunan gas emisi terus digalakkan pemerintah. Langkah ini pun dilakukan Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) melalui penggunaan biomassa perkebunan sebagai sumber energi utama, hilirisasi bisnis perkebunan, serta pengembangan pembangkit listrik dengan sumber EBT lainnya.

Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani mengatakan, PTPN III beserta seluruh anak perusahaan, telah memanfaatkan EBT sebagai sumber energi utama yang digunakan untuk operasional industri perkebunan.

"Total produksi listrik berbasis EBT di PTPN Group sebesar 318 MW atau setara 1.831.680 MWh/tahun, sumber energi ini dapat dimanfaatkan untuk operasional di perkebunan," paparnya dalam keterangan tertulis, Kamis (14/10/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari 318 MW energi yang dihasilkan maka potensi pengurangan emisi (dekarbonisasi) sebesar 1,9 Juta ton CO2/tahun," tambahya.

Pabrik kelapa sawit (PKS) dan pabrik gula (PG) dari awal perkembangannya telah menggunakan biomassa sebagai bahan bakar utama untuk menghasilkan listrik yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional pabrik. PKS menggunakan cangkang dan serabut (fiber) kelapa sawit sebagai bahan bakar utama pembangkit listriknya, sementara PG menggunakan bagas tebu sebagai bahan bakar utama pembangkit listriknya.

ADVERTISEMENT

PTPN group memiliki 75 unit PKS yang menggunakan sumber EBT (cangkang & fiber) sebagai sumber energi utama dengan total kapasitas listrik yang dihasilkan 80 MW serta memiliki 31 Unit PG yang menggunakan sumber EBT (ampas tebu/bagas) sebagai sumber energi utama dengan total kapasitas listrik yang dihasilkan 198 MW.

Pembangkit EBT yang saat ini dimiliki PTPN Group antara lain pembangkit listrik berbasis tenaga air/hidro (PLTA) sejumlah 10 unit (total kapasitas 17,14 MW), berbasis biomassa (PLTBm) sejumlah 2 unit (total kapasitas 9,2 MW), berbasis biogas dari POME (PLTBg) sejumlah 9 unit (total kapasitas 11,35 MW) dan berbasis tenaga matahari (PLTS) 1 unit (kapasitas 2 MWp).

PTPN Group saat ini juga sedang berupaya melakukan optimasi aset pembangkit listrik EBT yang dalam kondisi idle (tidak beroperasi atau beroperasi kurang optimal) melalui kerjasama dengan mitra strategis demi mendukung pencapaian target bauran EBT pemerintah sebesar 23% di tahun 2025.

Sejak tahun 1942, PTPN Group juga telah mengembangkan bioethanol dari produk samping PG yakni tetes tebu (molasses). Pengembangan produk bioethanol ini tentunya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ethanol dalam negeri saat ini, namun juga memiliki visi jangka panjang ke depan sebagai salah satu alternatif substitusi BBM berbasis fosil. Saat ini PTPN Group memiliki 2 unit pabrik pengolahan bioethanol yang telah beroperasi, yakni pabrik ethanol PT Energi Agro Nusantara (Enero) (anak perusahaan PTPN X) yang memiliki kapasitas produksi bioethanol sebesar 100 KL/hari dan pabrik bioethanol PASA Djatiroto (unit bisnis PTPN XI) yang memiliki kapasitas produksi ethanol sebesar 15 KL/hari. Kedua pabrik pengolahan bioethanol tersebut terletak di Provinsi Jawa Timur.

Salah satu program pengembangan produk bioethanol yang saat ini tengah serius digarap oleh PT Enero adalah pengembangan produk Extra Neutral Alcohol (ENA) grade yang dapat digunakan sebagai substitusi bensin berbasis fosil. Selain itu, PT Enero juga telah memproduksi produk hand sanitizer dengan merek dagang CARYZ untuk mendukung protokol kesehatan di masa pandemi COVID-19.

Limbah cair dan limbah padat khususnya yang dihasilkan oleh PKS akhir-akhir ini banyak diminati oleh mitra strategis PTPN Group dan beberapa perusahaan BUMN/swasta untuk menghasilkan EBT ataupun produk bahan bakar ramah lingkungan. Tandan kosong kelapa sawit pada mulanya hanya dimanfaatkan sebagai pupuk kompos di areal perkebunan kelapa sawit PTPN Group. Namun, saat ini tandan kosong banyak diincar untuk dijadikan bahan bakar baru pengganti batubara, baik dalam bentuk serat atau fiber maupun dalam bentuk pelet.

Di samping menjadi bahan bakar pengganti batubara, gasifikasi tandan kosong juga mulai banyak diteliti oleh beberapa perusahaan swasta untuk menghasilkan syngas sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik ramah lingkungan. Palm Oil Mill Effluent (POME) atau limbah cair PKS saat ini juga menjadi salah satu obyek pengembangan EBT yang banyak diminati oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit termasuk PTPN.



Simak Video "Rumah dan Mobil Dinas Kepala Afdeling PTPN Dibakar"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads