Pemerintah sedang mengembangkan gasifikasi batu bara (Dimethyl Ether/DME) untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat. Keberadaannya diharapkan bisa sebagai energi alternatif pengganti Liquified Petroleum Gas (LPG).
Pengamat Energi dan Pertambangan Fahmy Radhi mengatakan DME merupakan hasil olahan atau pemrosesan dari batu bara yang bisa menekan impor LPG. Pasalnya, Indonesia selama ini dikenal sebagai salah satu negara di dunia yang menghasilkan batu bara terbesar.
"Plusnya, DME merupakan energi bersih yang mengubah energi batu bara yang tersedia melimpah di Indonesia. DME bisa menggantikan LPG, yang impornya sangat tinggi," kata Fahmy kepada detikcom, Minggu (14/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk diketahui, meningkatnya penggunaan dan konsumsi energi di masyarakat membuat impor LPG tak terhindarkan. Pemerintah mencatat, per tahun Indonesia mengimpor LPG 5,5 sampai 6 juta.
Oleh sebab itu, pemerintah melakukan upaya untuk mendorong hilirisasi industri. Batu bara rendah kalori akan diolah melalui proses gasifikasi batu bara menjadi DME yang rencananya akan menggantikan LPG bagi kebutuhan rumah tangga.
Keunggulan dari DME lainnya adalah pada dampak lingkungan. DME dinilai mudah terurai di udara sehingga tidak merusak ozon dan meminimalisir gas rumah kaca hingga 20%. Kalau LPG per tahun menghasilkan emisi 930 kg CO2, nanti dengan DME hitungannya akan berkurang menjadi 745 kg CO2.
"Ini nilai-nilai yang sangat baik sejalan dengan upaya-upaya global menekan emisi gas rumah kaca," kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana dalam keterangan resminya.
Lalu apa kekurangan alias minusnya pakai DME? Buka halaman selanjutnya.