Tegas! Jokowi Bakal Setop Ekspor Bahan Mentah Bauksit dan Tembaga

Tegas! Jokowi Bakal Setop Ekspor Bahan Mentah Bauksit dan Tembaga

Siti Fatimah - detikFinance
Jumat, 19 Nov 2021 06:00 WIB
Joko Widodo di KTT COP26 - YouTube Sekretariat Presiden
Foto: 20Detik
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa pemerintah akan menyetop ekspor raw material (bahan mentah) untuk bauksit dan tembaga. Tujuannya agar hilirisasi bisa dilakukan di dalam negeri dan diharapkan bisa menciptakan lapangan pekerjaan.

Jokowi mengatakan, ekspor bauksit rencananya akan dihentikan pada 2022. Lalu pada satu tahun selanjutnya (2023), Jokowi juga akan menyetop ekspor tembaga. Seperti diketahui, saat ini pemerintah sudah menghentikan ekspor nikel.

"Nikel pertama, sudah setop. Tahun depan mungkin bisa setop bauksit, kalau smelter kita siap (akan) setop bauksit. Tinggal kita bisa membuka lapangan kerja, hilirisasi industrialisasi di negara kita. Bauksit sudah, tahun depannya lagi setop tembaga karena smelter kita di Gresik sudah hampir selesai," kata Jokowi dalam acara Kompas CEO Forum 2021, Kamis (18/11/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kenapa pemerintah menghentikan ekspor bahan mentah?

Jokowi menjawab, kebijakan itu diterapkan agar Indonesia dapat merasakan nilai tambah. Saat ekspor bahan mentah contohnya nikel dihentikan, nilai barang bisa meningkat hingga 10 kali lipat dan diprediksi pada akhir tahun menyentuh US$ 20 miliar.

ADVERTISEMENT

"Begitu bauksit juga sama, tembaga juga sama. Kenapa berpuluh-puluh tahun kita tidak lakukan ini? Sehingga neraca perdagangan kita baik, transaksi berjalan, (ekonomi) kita menjadi semakin baik," paparnya.

Jokowi menuturkan, menghentikan ekspor bahan mentah merupakan strategi besar negara sehingga para pengusaha jangan lagi mengeluhkan saat harga nikel baik namun tidak dapat melakukan ekspor. Yang menjadi fokus pemerintah yakni hilirisasi industri terjadi dan masing-masing bahan mentah dapat saling terintegrasi.


"Jangan ada yang 'Pak ini kita nggak bisa lagi ekspor nikel harganya pas baik,' iya tapi dalam strategi besar negara kita memerlukan ini. Kita tidak berbicara per perusahaan-perusahaan tapi yang lebih penting ini adalah bagaimana ini dilakukan hilirisasi industrialisasi," ujarnya.

"Tetapi yang lebih penting lagi bagaimana mengintegrasikan ini, nikel terintegrasi tembaga, tembaga terintegrasi dengan bauksit dan semuanya. Kalau terintegrasi, barang jadinya betul dari kita semua bahannya," tambahnya.

Selain membuka peluang nilai tambah, menghentikan ekspor bahan mentah juga diprediksi mampu membuka lapangan pekerjaan dalam jumlah besar. Sedangkan hubungan dengan negara lain masih tetap terbuka, dapat dilakukan melalui jalur investasi dan lain-lain.

"Artinya kita harus optimis bahwa dengan menyetop ekspor raw material ini kita akan mendapatkan keuntungan yang lebih, membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya. Dan itu sekarang mulai disadari oleh negara-negara lain. Mereka mau tidak mau harus invest di Indonesia atau berpartner dengan kita. Pilihannya itu saja, silahkan kok mau invest sendiri bisa, mau dengan swasta silahkan, mau dengan BUMN silahkan, kita terbuka," pungkasnya.

(das/das)

Hide Ads