Pembangunan pembangkit tersebut akan menelan biaya sekitar US$ 4 miliar atau sekitar Rp 56 triliun (dalam kurs Rp 14.200). Setengah dari modal investasi itu berasal dari TerraPower dan setengahnya lagi menggunakan biaya Program Demonstrasi Reaktor Tingkat Lanjut Departemen Energi AS.
"Ini adalah hibah pemerintah yang sangat serius. Ini perlu, saya harus menyebutkan, karena pemerintah AS dan industri nuklir AS tertinggal," kata Levesque.
Reaktor TerraPower berbeda dengan reaktor nuklir lainnya. Reaktor di Kemmerer ini akan menjadi yang pertama menggunakan desain nuklir canggih yang menggunakan Natrium. Sebagai informasi, natrium adalah bahan baku garam. Teknologi ini dikembangkan oleh TerraPower dengan GE-Hitachi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Reaktor ini menggunakan natrium cair sebagai zat pendingin, bukan air. Natrium memiliki titik didih yang lebih tinggi dan dapat menyerap lebih banyak panas daripada air. Artinya, tekanan tinggi tidak terbentuk di dalam reaktor, sehingga mengurangi risiko ledakan.
Selain itu, pabrik Natrium tidak memerlukan sumber energi dari luar untuk mengoperasikan sistem pendinginnya, yang dapat menjadi kerentanan jika terjadi pemadaman darurat.
Pembangkit tersebut juga lebih kecil dari pembangkit listrik tenaga nuklir konvensional, yang seharusnya membuat pembuatannya lebih cepat dan lebih murah untuk dibangun daripada pembangkit listrik konvensional.
(hal/hns)