Mandat Khusus Jokowi ke Dirut Baru PLN Darmawan Prasodjo: Kawal Transisi Energi

Mandat Khusus Jokowi ke Dirut Baru PLN Darmawan Prasodjo: Kawal Transisi Energi

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 13 Des 2021 10:46 WIB
Dirut PLN Darmawan Prasodjo
Dirut PLN Darmawan Prasodjo
Jakarta -

Posisi Direktur Utama PT PLN (Persero) kini dipegang oleh Darmawan Prasodjo setelah menggantikan Zulkifli Zaini. Darmawan mengungkap menjadi Dirut PLN merupakan tantangan yang luar biasa. Ia pun mengaku mendapatkan mandat khusus dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengawal transisi energi RI.

"Memang saya sempat dipanggil oleh Bapak Presiden (Joko Widodo) kemudian saya sempat dipanggil oleh pak Menteri BUMN (Erick Thohir). Bahwa ada tugas khusus bagaimana mengawalkan transisi energi ini. Jadi tugasnya khusus, transisi saja dengan embel-embelnya yang banyak sekali," ungkapnya, dalam acara Blak-blakan detikcom, Senin (13/12/2021).

Menurut Darmawan masih ada dilema di RI dalam transisi energi ini, sebab saat ini jika mau listrik murah menggunakan batu bara. Ia mengungkap perbedaan harga antara listrik menggunakan batubara, gas geothermal hingga listrik dari energi bayu (energi angin),

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat ini ada dilema. Kalau mau listrik murah, pakai batu bara. Kalau murah, kotor. Makanya kalau listrik dari batu bara sekitar 5 sen, 4,9 sen, 6 sen. Agak bersih sedikit pakai gas 9 sen, 8,9 sen. Geothermal ada 9 sen, ada yang 11 sen, 12 sen. Kalau listrik dari Bayu sekitar 10-11 sen. Jadi saat ini masih ada dilema," jelasnya.

Tetapi dirinya percaya dilema itu akan berbalik karena akan ada penurunan yang signifikan setiap hari. Hal itu dia gambarkan jika melakukan pelelangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

ADVERTISEMENT

"Kalau sekarang, dilelang saat ini sekitar 12 sampai 13 sen yang artinya kalau kita lelang pembangkitnya PLTS sekitar 3,8 sen tambah 13 sen masih 16 -17 sen, Mahal. Tetapi harga 13 sen untuk baterai itu 5 tahun lalu itu masih sekitar 50 sen. Jadi hanya dalam waktu 5 tahun turunnya sekitar 80%. Dari harga sekarang 5 tahun lagi Saya yakin turunnya juga 80%," jelasnya.

"Ke depan, dilema itu bisa dibalik. Saya yakin 5-6 tahun dari sekarang, Energi Baru Terbarukan (EBT) akan superior karena secara teknis lebih andal, secara komersial juga lebih murah," ungkapnya.

Lanjut halaman berikutnya.

Simak juga Video: Blak-blakan Darmawan Prasodjo: 2026, PLN Haramkan Batu Bara

[Gambas:Video 20detik]



Dalam transisi energi di RI, PLN dengan berkolaborasi dengan berbagai Kementerian sudah menyusun target dalam RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik). Rencana itu untuk jangka menengah. Katanya, dalam jangka menengah ini targetnya pada 2016 listrik berbasis batubara akan haram.

"Jangka menengah, di tahun 2026, kita berpikir untuk membangun pembangkit listrik berbasis batubara saja sudah haram. Kita ganti ada sebagian dengan PLTGU berbasis pada gas dengan emisi karbon di bisa dikurangi 50%. Kemudian juga ada pembangkit misalnya masih udah berbasis pada PLTS," jelasnya.

Selain itu, targetnya akan ada energi baru terbarukan (EBT) yang bisa beroperasi 24 jam. Darmawan meyakini nantinya listrik dengan EBT juga akan lebih murah.

"Kemudian juga dengan EBT yang lain yang beroperasi 24 jam artinya di situ ada baterai energy storage system yang saat ini masih mahal. Tetapi kita meyakini bahwa pada saatnya nanti , bahwa baterai energy storage system ini akan semakin murah bawah ini bisa berkompetisi head to head dengan fosil fuel. Baik itu secara teknis maupun komersial," ujarnya.

Sedangkan jangka pendek akan dibangun 5.000 pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) di 2.000 lokasi. Lalu juga akan dibangun PLTS dengan kapasitas yang besar hingga dibangun juga pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), Bayu atau pembangkit listrik tenaga angin (PLTA).

"Jadi ini bagaimana strateginya baik itu jangka pendek jangka menengah maupun jangka panjang sampai ke karbon Netral di tahun 2060," tutupnya.


Hide Ads