Ada sejumlah alasan FSPPB menggelar aksi mogok kerja, antara lain tidak tercapainya kesepakatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara manajemen dan para pekerja.
Terkait tuntutan pencopotan Dirut Pertamina Nicke Widyawati, Mufti menilai perlu dilihat secara komprehensif. Pasalnya indikator kinerja pimpinan perusahaan pelat merah telah ditentukan oleh Kementerian BUMN.
"Pertamina saya lihat juga tidak ngotot menaikkan harga BBM meski harga minyak naik dan badan usaha lainnya telah begitu sering menaikkan harga BBM. Ini tentu patut diapresiasi," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia meminta key performance indicator (KPI) menjadi acuan dalam evaluasi direksi BUMN. "Jangan sampai Menteri BUMN melakukan evaluasi berdasarkan tekanan-tekanan," papar Mufti.
Terkait kinerja, Pertamina telah berhasil melewati tantangan semester I-2021 dengan membukukan laba sebesar US$ 183 juta atau setara dengan Rp 2,6 triliun. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu di mana perusahaan sempat mengalami kerugian US$ 768 juta, maka Pertamina berhasil meningkatkan laba US$951 juta atau setara dengan Rp 13,6 triliun.
Terkait kesejahteraan pekerja Pertamina yang menjadi isu dalam dinamika antara manajemen dan pekerja, saat ini disebutnya pegawai Pertamina termasuk yang paling baik di antara BUMN lain dan bahkan swasta di Tanah Air.
"Maka saya berharap semua tetap kepala dingin, musyawarah yang baik, jangan sampai membuat langkah yang merugikan bangsa dan masyarakat," pungkasnya.
(aid/dna)