Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menilai kebijakan pemerintah itu tentu akan mendorong aksi jual dari saham-saham batu bara.
"Secara sentimen biasanya ngaruh dimana pelaku pasar akan cenderung sell off," tuturnya kepada detikcom.
Meskipun kebijakan itu ditetapkan hanya berlaku selama 1 bulan, menurut Reza tetap akan berdampak besar bagi bisnis perusahaan batu bara. Sebab mereka tetap punya kontrak ekspor batu bara yang masih berjalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau langsung diberhentikan gitu aja, waduh bagaimana kontrak yang sudah berjalan. Kan nggak bisa putus begitu saja," terangnya.
Mungkin menurut Reza jika kontrak pengiriman batu bara yang masih bersifat kontrak bisa diputus begitu saja. Tapi jika kontrak yang sudah berjalan, perusahaan batu bara Indonesia bisa kena perselisihan.
Sementara itu SVP Research Kanaka Hita Solvera, Janson Nasrial menilai sentimen negatif terhadap saham-saham emiten batu bara ini tidak akan berlangsung lama dan bersifat sementara.
"Nggak lama, cuma 1 bulan. It's only temporary negative impact on coal players yang export ke China," tuturnya.
Dia mencontohkan emiten-emiten yang akan terdampak sementara adalah ADRO, ITMG dan INDY. Menurutnya saham-saham itu masih memiliki potensi penguatan karena harga batu bara di 2022 masih cenderung naik.
Namun saham-saham dari emiten batu bara masih ada yang bergerak menguat. Berikut daftar pergerakan saham emiten batu bara di akhir perdagangan hari ini:
PT Adaro Energi Tbk (ADRO) turun 2,95% ke level Rp 2.300
PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 1,53% ke level Rp 19.925
PT Indika Energy Tbk (INDY) menguat 5,76% ke posisi Rp 1.560
PT Bukit ASam Tbk (PTBA) naik 1.12% ke level Rp 2.700.
(das/eds)