PT PLN (Persero) melakukan sejumlah langkah efisiensi untuk memperbaiki kinerja. Salah satunya, dengan renegosiasi dengan swasta atau independent power producer (IPP).
Negosiasi itu dilakukan karena PLN tengah mengalami kelebihan pasokan listrik saat ini.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengakui, dalam kontrak PLN ada take or pay sekitar Rp 3,5 triliun per tahun. Sederhananya, take or pay adalah dipakai atau tidak dipakai PLN mesti membayar sesuai kontrak.
"Kami mengakui 1 GW PLTU dalam kontrak kami itu ada take or pay itu komponen A, yaitu sekitar Rp 3,5 triliun per tahun," katanya dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII, Rabu (26/1/2022).
Baca juga: Proses Pembubaran PLN Batubara Dimulai! |
Di tengah kelebihan pasokan tersebut, pihaknya pun melakukan renegosiasi dengan IPP. Dari target Rp 60 triliun, pihaknya berhasil mencapai efisiensi Rp 34 triliun.
"Untuk itu dengan kondisi over supply ini kami melakukan renegoisasi dengan pihak IPP dari target kami Rp 60 triliun cost efficiency ini sudah kami capai adalah Rp 34 triliun yang sudah kami capai dan sedang berproses," terangnya.
"Kemudian juga kami melakukan prioritisasi investasi untuk mempertahankan rasio gearing dan debt service," sambungnya.
Baca juga: PLN Masih Punya Utang Rp 430 Triliun! |
Lihat juga video 'Erick Thohir Bicara Soal Mafia Subsidi Listrik':
(acd/das)