Harga Liquefield Petroleum Gas (LPG) melesat kena dampak perang Rusia-Ukraina. Harga acuan LPG yaitu CP Aramco naik hingga US$ 775 per metrik ton (MT) pada Februari 2022 dibandingkan dengan harga rata-rata sepanjang 2021 yaitu US$ 637 per MT.
Harga LPG nonsubsidi juga naik pada Minggu (27/2) menjadi Rp 15.500 per kilogram (kg). Hal ini tentu berdampak pada harga LPG nonsubsidi di tingkat agen hingga pembeli.
Jika kondisi ini dibiarkan, maka besaran subsidi dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) terus melonjak, begitu pula defisit neraca perdagangan bakal kian melebar. Salah satu solusi jangka panjang untuk menyelesaikan masalah ini melalui konversi LPG ke kompor listrik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagyo mengatakan, pemerintah dapat melakukan evaluasi dan menerbitkan kebijakan menanggapi kondisi melonjaknya harga gas LPG. Hanya saja, pihaknya berharap pendekatan yang dilakukan ialah perhitungan ekonomi.
"Evaluasinya jangan menggunakan perhitungan politis. Kita ketahui bahwa harga migas ada kecenderungan naik dalam beberapa waktu, di situ (mitigasinya) sebenarnya bisa dihitung," kata Agus, Selasa (1/3/2022).
Agus mengatakan untuk melakukan konversi kompor listrik, perlu diperjelas dengan aturan pemerintah. Pasalnya, apabila konversi hanya dilakukan dengan kerelaan maka diprediksi program tersebut sulit diimplementasikan.
"Bahasanya, mengalihkan atau konversi harus dengan paksaan atau melalui peraturan. Kalau sukarela, kapan selesainya?" katanya.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
Simak Video: LPG Non Subsidi Naik Harga, Agen Pilih Tutup Agar tak Rugi