Perusahaan energi terbesar Ukraina Naftogaz mengimbau seluruh negara di dunia untuk berhenti membeli minyak dan gas dari Rusia. CEO Naftogaz Yuriy Vitrenko menyatakan sanksi paling efektif untuk Rusia adalah menghentikan perdagangan energi dari negara tersebut.
Minyak dan gas memang menjadi komoditas andalan Rusia, negara itu dikenal menjadi pemasok minyak dan gas terbesar di dunia menyaingi negara-negara Timur Tengah. Ekspor minyak dan gas Rusia pun masih dibebaskan dari sanksi-sanksi ekonomi negara Barat untuk saat ini.
Vitrenko mengatakan sanksi Rusia harus lebih kuat dan ditargetkan langsung pada perdagangan minyak dan gas. Hal itu dinilai mampu membuat Rusia kapok dan mungkin berpikir untuk menghentikan perang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk menghentikan perang agar tidak menyebar, kita harus membuat pilihan yang sangat jelas untuk menghilangkan ketergantungan pada gas dan minyak Rusia ini," kata Vitrenko dilansir dari BBC, Jumat (4/3/2022).
Vitrenko mengatakan rezim Putin harus dilemahkan dengan membuatnya tidak lagi menerima pendapatan apapun, termasuk dari komoditas minyak dan gas. Dia menuduh Presiden Vladimir Putin menggunakan pendapatan dari perdagangan minyak hanya untuk membunuh banyak orang yang tidak bersalah.
Rusia harus diperlakukan seperti negara nakal mirip dengan cara Barat memperlakukan Iran dan bahwa sanksi terhadap Rusia harus mencerminkan hal itu. Vitrenko menambahkan, sanksi energi juga harus diberikan dalam waktu yang lama.
"Saya akan mengatakan bahwa itu bukan tindakan jangka pendek, karena saya percaya bahwa dalam jangka panjang, Anda dapat mencapai target perubahan iklim tanpa gas Rusia, jadi ini hanya masalah pilihan," ungkap Vitrenko.
Bos perusahaan BUMN Ukraina ini menyambut baik langkah Jerman untuk menutup proyek gas Nord Stream 2, yang dirancang untuk menggandakan jumlah gas Rusia yang mengalir langsung ke Jerman.
"Ini seperti kejutan yang menyenangkan, bahwa akhirnya Eropa, dan Jerman khususnya, serius untuk memastikan bahwa Putin berhenti mendapatkan aliran pendapatan," ujar Vitrenko.
Sebelumnya, Badan Energi Internasional (IEA) juga mendorong agar Uni Eropa memotong sepertiga impor minyak dan gas Rusia dalam waktu satu tahun. Mereka juga mendesak Uni Eropa untuk tidak menandatangani kontrak pasokan baru dengan Gazprom Rusia.
"Tidak ada yang berada di bawah ilusi lagi. Penggunaan sumber daya gas alam Rusia sebagai senjata ekonomi dan politik menunjukkan Eropa perlu bertindak cepat untuk siap menghadapi ketidakpastian yang cukup besar atas pasokan gas Rusia musim dingin mendatang," kata direktur eksekutif IEA Fatih Birol.
Sanksi terhadap Rusia telah mengganggu pasar energi, termasuk dengan mendorong perusahaan-perusahaan Barat, termasuk ExxonMobil, Shell dan BP, untuk mengambil langkah-langkah untuk menghentikan investasi mereka di negara tersebut.
(hal/eds)