Jakarta -
Insiden di Kilang Balikpapan menambah daftar panjang kebakaran di area kilang. Data yang mengejutkan, sudah ada 4 kebakaran di area kilang hanya dalam rentang waktu 1 tahun.
Seperti dirangkum detikcom, Jumat (4/2/2022), pada 29 Maret 2021 lalu, kebakaran terjadi di wilayah Kilang Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Peristiwa itu terjadi pada tangki T-301G.
Selang tiga bulan, kebakaran terjadi di area Kilang Cilacap. Kebakaran terjadi pada salah satu tangki berisi benzene.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tragisnya, beberapa bulan kemudian tepatnya 13 November 2021 kembali terjadi kebakaran di wilayah Kilang Cilacap. Corporate Secretary Subholding Refining & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional, Ifki Sukarya, kebakaran terjadi pada 1 tangki berisi produk Pertalite.
Terbaru, insiden kebakaran terjadi di wilayah Kilang Balikpapan. Dalam keterangannya, PT Kilang Pertamina Internasional menyatakan, pihaknya bergerak cepat memadamkan api dan memastikan Kilang Balikpapan saat ini dalam kondisi aman dan tetap dapat beroperasi. Peristiwa terjadi sekitar pukul 10.32 WITA.
Sistem penyiraman dengan pemadam statis langsung beroperasi dan dibantu dengan 4 unit truk pemadam terus menyiramkan air.
Api yang sempat timbul telah berhasil dikendalikan sekitar pukul 11.00 WITA. Penyebab timbulnya api saat ini belum diketahui dan masih menunggu hasil investigasi.
Berulangnya kebakaran di area kilang pertamina membuat BUMN Migas ini jadi sorotan. Anggota Komisi VI DPR RI yang membidangi BUMN, Mufti Anam, menyesalkan kejadian tersebut.
Bagaimana DPR menyoroti masalah ini? Buka halaman selanjutnya.
Pasalnya, kejadian kebakaran atau kecelakaan kerja lainnya bukan yang pertama kali terjadi di lingkungan BUMN migas tersebut.
"Kan ini bukan yang pertama, tentu kita sesalkan. Pertamina harus melakukan evaluasi total atas kinerjanya dalam melakukan mitigasi terhadap risiko operasional yang bisa merugikan perusahaan, lingkungan, dan masyarakat. Jangan amburadul-lah manajemen risiko kesehatan dan keselamatan kerjanya, kok tidak belajar dari pengalaman sebelumnya," tegas Mufti kepada media, Jumat (4/3/2022).
"Bahkan Kementerian BUMN harus melakukan evaluasi, harus lakukan audit mitigasi keselamatan kerja di Grup Pertamina agar agar tidak terjadi lagi di kemudian hari," imbuh politisi PDI Perjuangan tersebut.
Mufti lantas membeber sejumlah rangkaian kecelakaan kerja di lingkungan Pertamina yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Mulai terbakarnya kilang Pertamina di Cilacap, kebakaran di area pertangkian Pertamina Cilacap, tumpahan minyak Blok ONWJ (Offshore North West Java), dan kebakaran di Kilang Balongan (Jabar). Semua kecelakaan kerja itu berdampak pada kehidupan masyarakat luas, mulai dari warga sekitar kilang sampai nelayan.
"Pertamina wajib meningkatkan kualitas manajemen risiko terkait potensi kecelakaan kerja. Itu kan rangkaiannya banyak. Ada pemeliharaan aset, ada kesiapan SDM agar tidak ada potensi human error, ada pengecekan alat-alat dan sebagainya," jelasnya.
Mufti pun mendesak manajemen Pertamina bertanggung jawab penuh. Mufti menyebut ada kesan tidak ada perbaikan terkait mitigasi kecelakaan kerja.
"Publik melihat manajemen Pertamina tidak serius meningkatkan kualitas manajemen risiko terkait potensi kecelakaan kerja. Terkesan tidak punya rasa memiliki terhadap aset, toh kalau kebakaran yang memperbaiki perusahaan," imbuh Mufti.
Sebagai perusahaan raksasa, imbuh Mufti, mestinya Pertamina selalu memperhatikan aspek-aspek ESG, yaitu pengelolaan environmental (lingkungan), social (sosial), dan good governance (tata kelola yang baik).
"Prinsip investasi berkelanjutan terabaikan dengan seringnya kecelakaan kerja yang berdampak pada kehidupan sosial dan lingkungan," pungkas Mufti.