Manfaat program konversi kompor induksi dan mobil listrik dinilai memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Bahkan program ini diperkirakan dapat menghasilkan efisiensi untuk negara sebesar Rp 60 triliun
Hal ini seperti yang dikatakan oleh Angota Komisi VI DPR RI Partai Gerindra, Andre Rosiade. Andre berpendapat bahwa lebih baik bila PLN menjadikan program konversi kompor induksi sebagai program prioritas tahun ini.
Menurutnya, selain dapat mengatasi persoalan oversupply listrik yang saat ini tengah dihadapi PLN, program ini dinilai juga akan mengurangi ketergantungan impor BBM. Terlebih, saat ini LPG sedang langka dan harganya mahal, sehingga sangat membebani masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya berharap Pak Dirut PLN bisa menyelesaikan sengkarut LPG dengan menjadikan program kompor listrik menjadi program prioritas," ujar Andre.
"Karena dari data yang saya baca, memasak 10 liter air menggunakan kompor listrik hanya mengeluarkan biaya Rp 1.200, sementara jika menggunakan LPG non subsidi mencapai Rp 6.000," jelasnya lagi.
Di sisi lain, dukungan terhadap program ini juga diutarakan oleh anggota dari Fraksi PDI-P, Deddy Yevri Hanteru Sitorus, yang mempertanyakan kenapa program ini masih belum terdengar gaungnya. Padahal, ia menambahkan, kondisi saat ini penggunaan listrik rumah tangga sudah melampaui industri.
"Momen ini perlu dimaksimalkan. Kebijakan konversi ke kompor induksi menurut saya bisa menjadi solusi dari oversupply PLN," tegasnya.
"Harus terintegrasi, misalkan antara PLN dan Pertamina. Mungkin harus mulai berdialog dengan Kementerian BUMN, Pertamina, dan Kementeraian ESDM," jelas anggota Fraksi PDI-Perjuangan DPR RI ini.
Dengan demikian Indonesia dapat menerima manfaat konversi kompor induksi dan mobil listrik secara lebih maksimal. Terutama untuk mengatasi persoalan oversupply listrik dan mengurangi ketergantungan impor BBM.