Dari penawaran buyback, pada 25 Maret lalu SAKA akhirnya menetapkan pelunasan atas sebagian surat utangnya senilai US$ 220 juta. Dalam surat penjelasannya ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) seperti dikutip dari website Bursa Efek Indonesia (BEI), Corporate Secretary PGN Rachmat Hutama menyampaikan bahwa pasca bayback tersebut, nilai surat utang yang masih beredar sebesar US$ 405 juta. Surat utang ini baru akan jatuh tempo pada bulan Mei tahun 2024.
"Pembelian kembali surat utang telah dikomunikasikan dengan Lembaga Jasa Pemeringkat dan tidak dikategorikan sebagai distressed debt exchange (DDE). Penggunaan kas internal tidak berdampak terhadap likuiditas perusahaan," jelas Rachmat dalam suratnya ke Otoritas Jasa Keuangan nomor 028500.S/HM.05/COS/2022 tanggal 29 Maret 2022.
Marolop menilai di tengah gejolak perang Rusia-Ukraina dan pandemi COVID-19 yang mulai melandai, harga energi tahun ini diperkirakan akan tetap tinggi. Kondisi ini akan memberikan peluang kepada PGN, termasuk SAKA untuk mengoptimalkan kinerjanya. Apalagi di tahun 2021, volume distribusi gas dari PGN juga menunjukkan peningkatan yang positif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Volume distribusi gas periode 2021 meningkat menjadi sebesar 871 british thermal unit per day (BBTUD) dari periode 2020 sebesar 828 BBTUD. Sementara volume transmisi PGN tercatat mengalirkan gas sebanyak 1.352 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD). Adapun volume lifting minyak gas adalah 24.086 barrel oil equivalent per day (BOEPD) dengan harga rata-rata Indonesian Crude Price (ICP) sebesar US$ 68,8 per barel.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan manajemen, sepanjang tahun 2021 PGN tercatat meraih laba bersih sebesar US$ 303,82 juta. Pencapaian itu jauh lebih baik dibandingkan tahun 2020 yang masih membukukan kerugian bersih hingga US$ 264,77 juta. PGN juga mencatatkan kenaikan kas dan setara kas menjadi US$1,5 miliar di tahun 2021 dari posisi tahun 2020 sebesar US$1,18 miliar.
Lebih jauh Marolop menjelaskan, percepatan pembayaran utang akan menurunkan rasio utang PGN, sehingga neraca perseroan semakin kuat. Selain itu, penurunan utang dalam valuta asing, khususnya US$ juga akan mengurangi resiko perusahaan. Termasuk resiko terhadap fluktuasi US$ terhadap beban keuangan, mengingat potensi pengetatan likuiditas oleh The FED ke depan sangat besar.
"Perkembangan bisnis PGN menunjukkan tren yang sangat positif. Kemampuan manajemen mengelola dan memanfaatkan aset-aset perusahaan di tengah tren kenaikan harga dan kebutuhan energi domestik yang naik menjadikan PGN berhasil meraih kinerja yang optimal. Apalagi strategi efisiensi, termasuk penurunan utang yang dijalani perusahaan juga mulai terlihat hasil positifnya tahun 2021 lalu," ujar Marolop.
(dna/zlf)