Harga BBM di AS Cetak Rekor Tertinggi, Biang Keroknya Bukan Cuma Rusia

Aldiansyah Nurrahman - detikFinance
Kamis, 12 Mei 2022 11:24 WIB
Harga BBM di AS tengah mengalami lonjakan signifikan/Foto: REUTERS/MIKE BLAKE
Jakarta -

Invasi Rusia ke Ukraina menjadi alasan utama para pengemudi di Amerika Serikat (AS) harus membayar mahal untuk bensin. Tapi itu bukan satu-satunya penyebab lonjakan harga bahan bakar minyak (BBM), ada faktor lainnya.

Harga BBM di AS dengan oktan (RON) 87 mencapai rekor tertinggi, yakni US$ 4,40 atau setara Rp 63.976 per galon (1 galon sekitar 3,7 liter) menurut survei AAA.
Kenaikan harga BBM yang menembus US$ 4 per gallon itu diyakini akan tetap terjadi dengan atau tanpa perang di Ukraina ataupun sanksi ekonomi yang dikenakan pada Rusia.

Kepala Analisis Energi Global untuk Layanan Informasi Harga Minyak yang menyediakan data untuk AAA, Tom Kloza mengatakan harga BBM di AS bisa mendekati titik tertinggi bulan ini.

Harga rata-rata BBM AS bisa dengan mudah mencapai US$ 4,50 atau Rp 65.430 per galon atau bahkan lebih tinggi musim panas ini. "Semuanya dimulai dari 20 Juni hingga Hari Buruh," kata Kloza dikutip dari CNN, Kamis (12/5/2022).

Rusia merupakan salah satu pengekspor minyak terbesar di dunia. Pada Desember lalu Rusia mengirim hampir 8 juta barel minyak dan produk minyak lainnya ke pasar global, 5 juta di antaranya sebagai minyak mentah.

Dari jumlah itu, sangat sedikit yang dikirim ke AS. Pada 2021, tercatat Eropa mendapat 60% dari minyak tersebut dan 20% ke China.

Dengan jumlah sebesar itu, hilangnya minyak Rusia kini mempengaruhi harga di seluruh dunia. Hal itu juga membuat negara Barat yang memberikan sanksi ke Rusia cemas.

Tetapi pada Maret lalu, AS mengumumkan larangan resmi atas semua impor energi Rusia. Pemerintah Inggris juga mengatakan akan menghentikan impor minyak Rusia pada akhir 2022 dan juga mencari cara untuk mengakhiri impor gas alam. Jerman mengumumkan awal bulan ini akan mendukung larangan Uni Eropa terhadap minyak Rusia. Minyak Rusia perlahan dan pasti dikeluarkan dari pasar global.

Harga minyak jatuh ketika pandemi COVID-19 melanda karena turunnya permintaan kala imbauan untuk tetap di rumah. Merespons hal tersebut, OPEC sepakat memangkas produksi minyak, termasuk Rusia kala itu untuk mendongkrak harga.

Lihat juga video 'Jangan Sampai Salah, Ini Bedanya Dexlite dengan Pertamina Dex':



Berlanjut ke halaman berikutnya.




(ara/ara)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork