Raksasa Migas Norwegia Caplok Perusahaan Baterai AS

Raksasa Migas Norwegia Caplok Perusahaan Baterai AS

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Selasa, 12 Jul 2022 22:55 WIB
Ilustrasi sektor migas
Foto: Ilustrasi Migas (Fauzan Kamil/Infografis detikcom)
Jakarta -

Raksasa minyak dan gas (migas) Norwegia, Equinor akan mengakuisisi developer penyimpanan baterai Amerika Serikat (AS), East Point Energy. Aksi korporasi ini akan ditandai dengan penandatanganan perjanjian untuk mengambil 100% saham perusahaan tersebut.

Equinor, produsen utama minyak dan gas itu mengatakan, transaksi tersebut ditargetkan selesai pada kuartal ketiga tahun 2022.

"Penyimpanan baterai akan memainkan peran penting dalam transisi energi karena dunia meningkatkan pangsa energi terbarukan yang terputus-putus," kata Equinor, dilansir melalui CNBC pada Selasa (12/07/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Penyimpanan baterai adalah kunci untuk memungkinkan penetrasi energi terbarukan berkelanjutan, dapat berkontribusi untuk menstabilkan pasar listrik dan meningkatkan keamanan pasokan," tambahnya.

Equinor juga menambahkan, East Point Energy yang bermarkas di Charlottesville memiliki pipa 4,1 gigawatt dari proyek penyimpanan baterai tahap awal hingga menengah, yang difokuskan di Pantai Timur AS.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, pada Desember 2021 lalu, Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan kapasitas penyimpanan yang terpasang di dunia diproyeksikan melonjak 56% selama lima tahun ke depan, mencapai 270 GW pada tahun 2026.

"Pendorong utama pertumbuhan ini adalah meningkatnya kebutuhan akan fleksibilitas sistem dan penyimpanan di seluruh dunia untuk sepenuhnya memanfaatkan dan mengintegrasikan bagian yang lebih besar dari energi terbarukan variabel ... ke dalam sistem tenaga," tambah IEA.

Bersambung ke halaman berikutnya. Langsung klik

Lebih lanjut, IEA mengatakan investasi dalam penyimpanan baterai pun tumbuh hampir mencapai 40% pada tahun 2020, menyentuh angka US$ 5,5 miliar atau setara dengan Rp 82,4 triliun (kurs Rp 14,984.85).

Sebagai tambahan informasi, dulunya Equinor dikenal dengan nama Statoil. Pemegang saham utama Equinor adalah negara bagian Norwegia, yang memiliki 67% kepemilikan di perusahaan tersebut.

Rencananya untuk mengakuisisi East Point Energy merupakan terobosan terbaru perusahaan ke AS. Perusahaan ini sudah memiliki operasi minyak dan gas yang substansial di negara tersbeut dan sedang mengerjakan proyek energi dari angin lepas pantai skala besar.

Pada tahun 2021 IEA mengatakan, seharusnya sudah tidak ada lagi investasi dalam proyek bahan bakar fosil baru, dan tidak ada investasi lebih lanjut untuk pembangkit listrik tenaga batu bara bara. Terlebih lagi, laporan terbaru dari Panel Antar pemerintah tentang Perubahan Iklim PBB juga mempertimbangkan bahan bakar fosil.

"Membatasi pemanasan global akan membutuhkan transisi besar di sektor energi," kata Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dalam rilis berita yang menyertai publikasinya.

"Ini akan melibatkan pengurangan substansial dalam penggunaan bahan bakar fosil, elektrifikasi yang meluas, peningkatan efisiensi energi, dan penggunaan bahan bakar alternatif (seperti hidrogen)," tambahnya.


Hide Ads