Kelangkaan solar terjadi di Bengkulu. Bus penumpang antar kota antar provinsi (AKAP) kesulitan mendapatkan bahan bakar. Pertamina buka suara.
Ada perbedaan informasi antara pihak Pertamina di tingkat SPBU dan tingkat Regional Bengkulu mengenai alasan kelangkaan ini terjadi saat dikonfirmasi oleh pihak Perusahaan Otobus (PO) setempat. di tingkat SPBU, operator bilang suplai BBM dikurangi hingga 50%. Sementara itu Pertamina di daerah bilang tak ada pengurangan.
Menanggapi hal tersebut, Area Manager Communication, Relation & CSR Sumbagsel, Tjahyo Nikho Indrawan angkat bicara. Ia mengatakan, dirinya memastikan tidak ada pengurangan pasokan BBM di wilayah Bengkulu dan pihaknya berkomitmen pendistribusian BBM tetap aman dan mencukupi kebutuhan masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang saat ini sedang terjadi peningkatan konsumsi BBM di tengah masyarakat. Berdasarkan catatan kami, untuk realisasi BBM Subsidi Jenis Bahan Bakar Tertentu berupa Bio Solar untuk Provinsi Bengkulu terjadi peningkatan konsumsi sekitar 10 % dari proyeksi kuota bulan Juni 2022," ujar Tjahyo dalam keterangan tertulis, Selasa (26/07/2022).
Lebih lanjut, Tjahyo menjelaskan, Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel juga sudah melakukan koordinasi dengan SPBU yang berada di Kota Bengkulu untuk dapat memprioritaskan kendaraan yang sesuai dengan ketentuan termasuk Bus AKAP.
"Kami juga telah memberikan surat resmi dan instruksi yang sejalan dengan surat edaran ESDM. Diharapkan seluruh SPBU dapat segera menjalankan instruksi tersebut serta kendaraan pengangkut Mineral dan Batubara tidak diperbolehkan mengisi solar subsidi sesuai dengan Peraturan Presiden No. 191 Tahun 2014 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001," ujar Tjahyo.
Sesuai dengan surat edaran Gubernur pada bulan Maret lalu, Tjahyo menambahkan, penyaluran BBM Bio Solar dilakukan pada pukul 22.00-05.00 WIB khusus di 7 SPBU Kota Bengkulu.
Sebagai tambahan informasi, sebelumnya pihak bus penumpang antar kota antar provinsi (AKAP) mengeluh karena kelangkaan solar ini. Direktur Utama Perusahaan Otobus (PO) SAN Kurnia Lesani Adnan menyatakan kelangkaan BBM ini sangat mengganggu operasional bus. Menurutnya, kejadian ini sudah terjadi sebulan ke belakang, namun beberapa hari ini kesulitan mendapatkan BBM mencapai puncaknya.
"Di Bengkulu, terjadi kelangkaan yang cukup mengganggu. Sampai hari ini operasi kita sangat terganggu karena solar JBT di SPBU kosong," kata pria yang akrab disapa Sani kepada detikcom, Senin (25/7/2022).
Dia mengatakan beberapa hari ini bus yang dioperasikannya seringkali tak mendapat solar. Bahkan, beberapa bus harus mengantre berjam-jam namun berujung tak mendapatkan apa-apa.
"Jadi mobil kita ini siang nggak dapat (solar), sore antre sampai malam sampai jam 5 subuh kadang dapat, kadang nggak dapat. Kalau nggak dapat kan jadinya mobil nggak bisa jalan," keluh Sani yang juga merupakan Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI).
"Kalau mobil nggak bisa jalan, kita gimana? Nggak bisa layani penumpang dong, nggak bisa layani masyarakat," lanjutnya.
Kondisi Sani pun kini dipersulit dengan aturan yang baru dikeluarkan Gubernur Bengkulu. Aturan itu menyebutkan bus dan kendaraan berat lainnya hanya boleh mengisi BBM di malam hari.
"Gubernur juga bukannya push Pertamina biar tambah suplai solar ini malah sekarang kami dibikin makin susah isi bensin," kata Sani.
Lebih lanjut, Sani mengatakan kelangkaan ini juga berdampak pada para penumpang AKAP, di mana penurunan performa layanan sudah terjadi selama sebulan ini seiring dengan adanya kelangkaan solar. Penumpang sampai harus rela menunggu selama 24 jam untuk melanjutkan perjalanan.
(zlf/zlf)