Sebagai perlindungan bagi masyarakat, Airlangga menyatakan bantalan bantuan sosial (bansos) juga sedang dipikirkan. Airlangga menyebut jika ada kenaikan harga BBM maka pemerintah harus menyiapkan bansos kepada masyarakat yang membutuhkan.
"Apabila ada penyesuaian (harga BBM), kita sedang kalkulasi juga kebutuhan-kebutuhan yang terkait kompensasi dalam berbagai program-program, tentu program-programnya yang sedang berjalan artinya dikaitkan dengan program yang berjalan dalam perlinsos seperti yang kita lakukan pada saat penanganan COVID," imbuh Airlangga.
Airlangga mengatakan subsidi digelontorkan agar harga Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya Pertalite dan Pertamax tidak mengalami kenaikan atau bertahan di bawah harga keekonomian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Contohnya saja Pertamax yang dijual Rp 12.500 seharusnya dijual Rp 15.150 per liter, sedangkan Pertalite harusnya seharga Rp 13.150 tapi dijual Rp 7.650 per liter.
"Kita lihat harga keekonomian Pertamax Rp 15.150 per liter, namun kita masih memberikan harga eceran Rp 12.500 per liter, demikian pula Pertalite keekonomiannya Rp 13.150 per liter, ecerannya masih Rp 7.650 per liter," kata Airlangga.
Dia juga membandingkan harga BBM di negara lain dengan Indonesia yang dinilai masih jauh lebih murah. Bahkan bila dijual di harga pasar.
"Thailand Rp 19.500/liter, Vietnam Rp 16.645/liter, Filipina Rp 21.352/liter, sehingga kita relatif di bawah dari negara ASEAN lain," ungkap Airlangga.
(hal/hns)