Menyusuri Kayan, Sungai yang Bisa 'Menghasilkan' Listrik Ribuan Megawatt

Menyusuri Kayan, Sungai yang Bisa 'Menghasilkan' Listrik Ribuan Megawatt

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 29 Agu 2022 10:40 WIB
PLTA Kayan
Foto: Sylke Febrina Laucereno-detikcom
Kaltara -

Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) terbesar se-Asia Tenggara akan dibangun di Sungai Kayan, Kalimantan Utara. PLTA ini akan dibangun oleh PT Kayan Hydro Energi (KHE) sebanyak 5 bendungan dengan 5-6 unit turbin pembangkit pada tiap bendungannya.

Untuk tahap pertama PLTA Kayan Cascade ini berkapasitas 900 Megawatt (MW), tahap kedua 1.200 MW, tahap ketiga 1.800 MW dan keempat 1.800 MW, dan tahap kelima 3.300 MW.

Kali ini detikcom berkesempatan untuk mendatangi proyek tahap pertama di Kalimantan Utara. Perjalanan dimulai pada minggu pagi menggunakan speed boat berkapasitas 18 orang sekitar pukul 08.00 WITA, berangkat dari dermaga Kayan III di Tanjung Selor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Speedboat mulai dinyalakan dan siap menyusuri sungai yang menurut Badan Pusat Statistik (BPS) panjangnya 576 km.

Angin mulai menerpa badan, samar-samar tercium aroma bahan bakar dari speedboat. Tapi aroma tak enak itu hilang ketika kapal mulai melaju kencang melawan arus sungai. Memang, tujuan kami ke lokasi proyek itu arahnya menuju hulu sungai. Ibaratnya, harus menanjak.

ADVERTISEMENT

Pemandangan di kiri kanan adalah pepohonan dan bukit. Sinyal handphone mulai hilang timbul. Muncul kembali ketika mulai terlihat ada desa dan terlihat tiang BTS, tapi kembali hilang ketika meninggalkan desa.

Sesekali kami juga berpapasan dengan kapal kecil yang mengangkut penumpang ke arah Tanjung Selor. Kemudian juga berpapasan dengan ponton yang akan mengangkut kayu.

Jalur sungai yang berkelok-kelok membuat pengemudi 'ngedrift' dan kapal terasa miring. Kapal juga terasa bergoyang-goyang ketika ada gelombang atau arus yang deras.

Perjalanan ini ditempuh sekitar 3 jam dan akhirnya sampai di tugu 5. Tempat ini merupakan kantor KHE yang paling dekat dengan lokasi proyek.

Di Tugu 5 ini ada kontainer berwarna biru yang berjajar dan menjadi ruang kantor KHE. Selain itu di wilayah ini juga sudah dibangun gudang bahan peledak.

Lanjutkan membaca cerita ke halaman berikutnya

Nah bahan peledak ini nantinya akan digunakan untuk menghancurkan batuan-batuan yang ada di lokasi proyek. Project Manager KHE Sapta Nugraha mengungkapkan peledakan ini tidak akan memberikan efek ke wilayah sekitar.

Pasalnya ada teknik dan metode khusus untuk proses tersebut. "Jadi tetap aman, tidak seperti peledakan yang lain," kata dia di Tugu Lima, Sungai Kayan akhir pekan lalu.

Dia menjelaskan nantinya ketika bendungan sudah dibangun, PT KHE berupaya untuk membuat aliran air tetap normal. Sehingga tak ada masalah dengan debit air yang mengalir.

Kami juga menyusuri titik yang akan dibangun bendungan pertama. Saat ini kondisinya masih belum ada pembangunan sama sekali, air masih mengalir seperti biasa dan pohon-pohon masih berdiri tegak.

Direktur Utama PT KHE Andrew Suryali menjelaskan untuk pembangunan PLTA ini ada beberapa pihak yang menyebut jika listrik tenaga air lebih mudah dibanding lainnya.

"Listrik tenaga air murah kan airnya gratis. Padahal nggak seperti itu kan air, tanah milik negara. Harus ada perizinan yang harus diajukan," jelas dia.

Dia menyebut saat ini pengurusan izin bisa memakan waktu 10 tahun untuk mengantongi 40 perizinan. Sempat terkendala saat ada pemekaran dari Kalimantan Timur ke Kalimantan Utara. Jadi perizinan yang sudah masuk ke Pemerintah Provinsi Kaltim harus diulang ke Pemprov Kaltara.

Direktur Operasional PT KHE Khaerony menjelaskan nilai investasi mencapai lebih dari US$ 17 miliar atau setara dengan Rp 252,49 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.852.

Karena pembangunan PLTA ini memiliki prospek yang bagus, dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga sekitar lokasi, warga Tanjung Selor maupun masyarakat Kalimantan Utara secara umum, banyak pihak yang memberikan dukungan. "Secara umum dukungan warga sekitar untuk pembangunan bendungan Kayan cukup bagus, juga dari pemerintah daerah dan pusat," jelas dia.

Dalam pengerjaan proyek ini KHE sengaja melibatkan kontraktor dan tenaga kerja lokal. Pemberdayaan kontraktor dan tenaga kerja lokal ini bukan tanpa alasan. Hal ini dilakukan agar masyarakat sekitar merasakan juga manfaat proyek ini.

"Kami memang sengaja menggunakan kontraktor dan tenaga kerja lokal untuk pembangunan proyek. Ini penting agar mereka juga merasakan manfaat dari proyek ini, bukan orang dari daerah lain," katanya.

Saat ini, lanjut Rony ada 4 vendor yang terlibat. "Untuk pembangunan jalan maupun pekerjaan lainnya sudah ada empat vendor yang terlibat. Semuanya dari daerah setempat. Dan tenaganya juga dari warga kampung sekitar proyek," katanya.

Menurutnya dengan adanya proyek pembangunan PLTA Kayan yang dilakukan oleh PT Kayan Hydro Energy (KHE) manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat.

PLTA Kayan Cascade 1 ditargetkan kelar 2026. "Diupayakan tahun 2025 jika kondisi lancar. Kenapa? Karena pembangunan PLTA ini sangat tergantung cuaca. Tidak ada yang bisa memprediksi kondisi di lapangan," ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, untuk Cascade 2-5 juga paralel dikerjakan. Sementara untuk Cascade 2-5 masing-masing butuh waktu 2-3 tahun dari Cascade 1. "Sangat optimis bisa berjalan sesuai target karena untuk Cascade 1 semua izin sudah selesai sementara Cascade 2-5 izin juga sudah lengkap," jelas dia.

Saat ini proses pembangunan masih diutamakan jalan untuk akses pengangkutan alat berat. Selama ini angkutan alat berat masih melalui sungai dan ini tidak stabil karena harus menunggu debit air yang besar. Selain itu medan yang ekstrem juga membuat banyak kendala dalam proses pembangunan.

PLTA ini nantinya akan dimanfaatkan untuk kebutuhan industri dan pelabuhan. Selain itu listrik yang dihasilkan Kayan Cascade ini bisa diserap oleh kawasan industri Tanah Kuning.

Di sana terdapat pabrik pengolahan biji nikel, baja, aluminium serta pelabuhan internasional yang ada di Kaltara.

Proyek pembangunan Kayan Cascade sebetulnya merupakan bagian dari konsep Kaltara Integrated Green Economic Zone yang mencakup 4.686 hektare milik PT Indonesia Strategis Industri (ISI), perusahaan pengelola kawasan industri yang menjadi bagian dari Kawasan Industri Hijau yang terintegrasi dengan Pelabuhan Internasional Indonesia.

Kepala Desa Long Peso, Pulinof mengungkapkan dengan pembangunan ini diharapkan warganya bisa terserap pada lapangan kerja yang tercipta dari proyek tersebut.

Namun dia menjelaskan, para warganya berharap agar PT KHE untuk memperhatikan daerah sungai yang memang merupakan tempat ikan-ikan yang menjadi salah satu sumber protein masyarakat.

"Masyarakat mengkhawatirkan ketika bendungan jadi ikan-ikan yang ada punah atau pergi dari wilayah sini. Harapannya jangan sampai ini terjadi atau bisa dibuatkan keramba supaya ikan-ikan di sungai ini bisa dilestarikan," ujar dia.

Kepala Desa Long Bia Ali mengungkapkan dengan adanya proyek raksasa ini diharapkan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

"Kami harapkan angka kemiskinan bisa ditekan dengan semakin terbukanya lapangan kerja. Di sini yang kerja juga ban

Kepala Desa Muara Pangean Matias Alung menyebutkan jika secara keseluruhan masyarakat mendukung program PLTA. Jadi diharapkan masyarakat bisa mendapat kerja sesuai keahlian di bidang yang dikuasai.

Pakar Lingkungan dari Universitas Udayana Made Sudiyana Mahendra mengungkapkan jika perwakilan masyarakat sudah melakukan studi banding ke PLTA terbesar di China untuk mendapatkan gambaran.

Pakar Sosial dan Budaya dari Universitas Mulawarman Guntar Riyadi menyebutkan memang untuk masyarakat di sekitar proyek tersebut memiliki pekerjaan berladang dan memiliki lahan besar.

"Diharapkan nanti di lokasi baru mereka memiliki ladang yang sama dengan yang mereka punya," jelas dia. Karakteristik masyarakat sangat gotong royong dan sangat agamis.

Dia mengungkapkan memang saat awal rencana pembangunan sempat ada penolakan dari warga. Namun setelah negosiasi dari perusahaan, warga bisa menerima dan bersedia untuk direlokasi.

"Dulu kebanyakan warga khawatir dan takut air dikuasai, tapi dengan berbagai penjelasan dan diskusi mereka bersedia," kata dia.

Menurut Guntar warga juga berupaya untuk membuat perjanjian agar tak ada kesepakatan yang dilanggar secara sepihak. "Jadi dibuat persetujuan-persetujuan ada masukan ke Pemda agar proyek ini jangan sampai merugikan masyarakat," jelas dia.

Pakar Air dan Lingkungan Universitas Mulawarman Mustaqim mengungkapkan dalam proyek pembangunan nantinya ekosistem di sungai Kayan akan mengalami perubahan kondisi.

Namun ini akan kembali dengan sendirinya secara alami. Nantinya saat proses penggenangan yang dulunya daratan sampai penuh air akan ada tumpukan tanah yang memiliki kesuburan tinggi. Nah ini akan menjadi bahan organik untuk makanan plankton dan yang lainnya.

"Jadi memang bersifat sementara, range waktunya 6 bulan sampai 2 tahun. Ikannya tidak mati dia hanya sedikit pergi, mengungsi karena ada migrasi ke tempat yang mereka anggap lebih baik," jelasnya.

Sementara itu untuk wilayah sekitar daerah tangkap air (DTA) memang harus ditanam kembali dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Ini untuk meminimalisir risiko longsor di daerah bendungan.



Simak Video "Inovasi Energi Terbarukan dan Terobosan PLTA dari PT Vale Indonesia Tbk"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads