BPS Ingatkan Orang Miskin Makin Banyak Jika Harga BBM Naik

BPS Ingatkan Orang Miskin Makin Banyak Jika Harga BBM Naik

Anisa Indraini - detikFinance
Selasa, 30 Agu 2022 13:46 WIB
Tumpukan sampah terlihat di kampung nelayan yang berdekatan dengan tanggul laut di Cilincing, Jakut. Seperti apa penampakannya? Ini fotonya.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengingatkan sederet dampak jika harga BBM subsidi naik. Dampaknya inflasi bisa semakin terkerek, menurunnya konsumsi rumah tangga, hingga naiknya jumlah kemiskinan baru.

Margo mengatakan Indonesia pernah punya pengalaman kurang mengenakkan imbas harga BBM naik. Pada 2005 inflasi pernah tembus 17,11% akibat pemerintah menaikkan harga bensin 32,6% dan Solar 27,3% pada Maret, lalu Oktober bensin naik lagi 87,5% dan Solar 104,8%.

"Jadi pentingnya mengendalikan harga energi menjadi catatan berikutnya dari kita supaya tidak memberikan dampak kepada inflasi," kata Margo dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, Selasa (30/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Imbasnya, saat itu angka kemiskinan naik dari 15,97% pada 2005 menjadi 17,75% pada 2006 di mana jumlah orang miskin meningkat dari 35,1 juta jiwa menjadi 39,3 juta jiwa. Peningkatan jumlah orang miskin juga tercermin saat pemerintah menaikkan harga BBM pada 2013 dan 2014.

"Kalau BBM naik kemudian pengaruh ke inflasinya tinggi, maka (berdampak) kepada kemiskinan," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Pemerintah yang menaikkan harga BBM dua tahun berturut-turut pada 2013 dan 2014 membuat laju inflasi tahunan saat itu mencapai 8,38% dan 8,36%.

"Kenapa dampak dari kenaikan harga BBM ini lebih rendah dari di tahun 2005? Karena di 2013-2014 kebijakan bansosnya sudah mulai bagus sehingga dampak dari inflasi bisa ditekan terutama pada golongan menengah dan rentan yang bawah diredam dengan bansos," jelasnya.

Margo juga mengingatkan bahwa tingginya inflasi bisa menurunkan konsumsi rumah tangga yang sekarang jadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Saat inflasi tinggi pada 2005, konsumsi rumah tangga turun dari 4% menjadi 3,2%.

"Kalau ada inflasi tinggi kemudian menggerus pengeluaran rumah tangga, maka dampak besarnya adalah ke pertumbuhan ekonomi. Pelajarannya 2005 begitu inflasi tinggi, konsumsi rumah tangga yang 4% tinggal 3,2%. Demikian juga 2013-2014 konsumsi rumah tangga turun," bebernya.




(aid/zlf)

Hide Ads