Naik Jadi Rp 14.500, Harga Pertamax Bisa Turun Lagi?

Naik Jadi Rp 14.500, Harga Pertamax Bisa Turun Lagi?

Anisa Indraini - detikFinance
Kamis, 08 Sep 2022 20:23 WIB
Petugas mengganti papan harga SPBU jelang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Jakarta, Sabtu (3/9/2022). Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, solar dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter serta Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter yang mulai berlaku pada Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.
Foto: ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA: Harga Pertamax naik jadi Rp 14.500/liter. Kira-kira bisa turun lagi? Ini penjelasan Erick Thohir
Jakarta -

Menteri BUMN Erick Thohir bicara kemungkinan harga BBM non subsidi turun lagi ketika harga minyak mentah dunia melandai. Meskipun harga Pertamax cs masih dijual jauh dari harga keekonomian.

"Kalau harga BBM turun, ya pasti ada revisi harga. Nggak mungkin Pertamina mencari keuntungan sebesar-besarnya ketika rakyat susah, nggak mungkin," kata Erick kepada wartawan di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (8/9/2022).

Erick mengatakan naik turunnya harga BBM milik Pertamina juga akan menyesuaikan nilai subsidi dari pemerintah. Dengan begitu perlu ada penyesuaian kembali juga mempertimbangkan harga keekonomian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah, artinya apa harga BBM turun, ya pasti ada revisi tapi kan tergantung berapa nilai subsidi yang masih diberikan saat itu," tuturnya.

Seperti diketahui, harga BBM per 3 September 2022 jenis Pertalite naik dari Rp 7.650/liter menjadi Rp 10.000/liter, Solar naik dari Rp 5.150/liter menjadi Rp 6.800/liter, Pertamax naik dari Rp 12.500/liter menjadi Rp 14.500/liter. Ini berlaku 3 September 2022 pukul 14.30 WIB.

ADVERTISEMENT

Erick mengingatkan bahwa Indonesia sudah melakukan impor BBM sejak 2003. Jika tidak ada pembaharuan, besaran impor akan semakin meningkat menyesuaikan kebutuhan jumlah masyarakat.

"Kita bisa lihat pertumbuhan penduduk Indonesia dari sebelumnya sampai sekarang 273 juta. Bahkan 2045 diperkirakan mencapai 318 juta, kelas menengah kita akan meningkat sampai 145 juta," bebernya.

Apalagi pertumbuhan BBM tak hanya digunakan untuk kendaraan pribadi dan umum. Melainkan juga banyak digunakan untuk petrochemical, di mana turunannya dapat menjadi bahan baku plastik, baju, bahan baku obat, dan lainnya.

"Artinya mesti ada blueprint secara menyeluruh bagaimana energi ini harus diubah dan mengurangi impor BBM," tandasnya.

(aid/hns)

Hide Ads