Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke WIdyawati membeberkan BBM Pertamax dijual rugi. BBM RON 92 itu dijual di bawah harga pasar di mana selisihnya ditanggung oleh Pertamina.
Nicke menjelaskan, berdasarkan kategorinya, Pertamax merupakan jenis BBM umum (JBU) di mana harganya fluktuatif mengikuti kondisi komponen pembentuknya seperti Indonesian Crude Price (ICP).
"Tapi kita sekarang melihatnya, Pertamax itu pemerintah kemudian mengendalikan juga harganya, karena kalau Pertamax disesuaikan dengan market price maka ini akan lebih banyak lagi yang ke Pertalite, which is itu akan membuat subsdi makin naik," paparnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI, Kamis (8/9/2022) kemarin.
"Khusus Pertamax selisihnya itu yang menaggung Pertamina Pak," tambahnya.
Diakui Nicke, secara produk Pertamax dijual rugi. Namun, selisih harga ditutup melalui subsidi silang.
"Yang disampaikan tadi, secara produk iya pak rugi, tapi kan yang kita jaga di bottom line-nya jangan sampai membuat bottom line-nya negatif," jelasnya.
Lanjut Nicke, Pertamina sendiri menjalankan bisnis dari hulu ke hilir. Saat harga minyak sedang tinggi, Pertamina akan memperoleh keuntungan di hulu, tapi menjadi beban di hilir.
Keuntungan dari sisi hulu ini yang kemudian dijadikan Pertamina untuk menutup rugi di hilir alias subsidi silang.
"Pertamina ini kan hulu ke hilir, pada saat harga minyak naik maka kita dapat windfall dari keuntungan di hulu, kita dapat beban di hilir. Nah inilah yang kemudian terjadi subsidi silang yang akhinya di tahun lalu kita masih membukukan keuntungan," jelasnya.
Untuk diketahui, pemerintah belum lama ini mengumumkan kenaikan harga beberapa jenis BBM. Salah satunya Pertamax di mana harganya naik dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter.
(acd/hns)