Pengamat Paparkan Data Pengguna Pertalite: Didominasi Orang Mampu

Pengamat Paparkan Data Pengguna Pertalite: Didominasi Orang Mampu

Angga Laraspati - detikFinance
Selasa, 13 Sep 2022 21:56 WIB
Petugas melayani pengisian BBM di SPBU Pertamina 31.40101 di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (16/4/2022). Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat memastikan stok BBM dan LPG selama Ramadhan hingga arus mudik lebaran Idul Fitri aman dan saat ini seluruh infrastruktur telah disiagakan meliputi delapan Terminal BBM, lima Terminal LPG, lima depot pengisian pesawat udara dan lebih dari 1900 lembaga penyalur BBM se-Jawa Bagian Barat serta lebih dari 38 ribu lembaga penyalur LPG. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/wsj.
Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Jakarta -

Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro menyebut penolakan terhadap kenaikan harga BBM sama halnya dengan membela orang kaya. Alasan Komaidi menyebut hal itu karena pengguna bahan bakar jenis pertalite didominasi oleh orang mampu.

Hal itu disampaikan Komaidi dalam agenda diskusi publik yang digelar oleh Penggerak Milenial Indonesia (PMI), di Fifo Resto and Cafe, Situ Gintung, Ciputat, Tangerang Selatan.

"Terkait penolakan kenaikan harga BBM, itu sama halnya dengan upaya membela orang-orang kaya, sebab pengguna bahan bakar jenis pertalite umumnya didominasi oleh orang mampu," kata Komaidi dalam keterangan tertulis, Selasa (13/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Komaidi menyampaikan terkait data pengguna bahan bakar bersubsidi 70% penggunanya adalah pemilik roda empat. Sementara roda 2 hanya 30% penggunanya dan secara keseluruhan penggunanya didominasi oleh orang-orang kaya.

"Secara akumulatif, pengguna pertalite didominasi oleh orang-orang kaya. Kalkulasinya, pengguna bahan bakar bersubsidi itu 70% penggunanya adalah pemilik roda empat. Sementara roda 2 hanya 30%," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, Komaidi turut memaparkan penduduk miskin Indonesia pada tahun 2022 mencapai angka 26,11 juta jiwa. Rata-rata dari mereka tidak mempunyai kendaraan bermotor, sebab hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan primer.

"Penduduk Indonesia itu, garis kemiskinannya pada tahun 2022 mencapai angka 26,11 juta jiwa. Tapi mereka tidak punya kendaraan bermotor, sehingga alokasi BBM bersubsidi, umumnya tidak kepada mereka. Artinya, subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah untuk mensubsidi orang mampu di Indonesia, bukan orang miskin," imbuhnya.




(fhs/hns)

Hide Ads