Kok Bisa Klakson 'Telolet' Jadi Sebab Kecelakaan Maut Truk Pertamina?

Kok Bisa Klakson 'Telolet' Jadi Sebab Kecelakaan Maut Truk Pertamina?

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 18 Okt 2022 13:43 WIB
Petugas gabungan kepolisian dan Pemadam Kebakaran berjibaku mengevakuasi Truk Pertamina di lokasi kecelakaan maut Cibubur.
Foto: Rengga Sancaya

Sebagai informasi, KNKT telah mengungkap hasil investigasi atas penyebab kecelakaan truk Pertamina di Jalan Transyogi Cibubur, Desa Jatirangga, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi. Penyebab dari kecelakaan maut itu karena rem blong dan kebocoran dari solenoid valve klakson tambahan (klakson telolet).

Jadi, truk Pertamina pada saat kejadian memang mengalami kegagalan pengereman karena persediaan udara pada rem berada di bawah ambang batas, sehingga tidak cukup kuat untuk melakukan pengereman.

"Penurunan udara tekan dipicu oleh dua hal, pertama adanya kebocoran pada solenoid valve klakson tambahan (klakson telolet) dan kedua adalah travel stroke kampas rem yang tidak standar Resultan dua hal ini memaksa pengemudi melakukan pengereman berulang kali saat menghadapi gangguan lalu lintas karena rem tidak pakem," jelasnya dalam konferensi pers di kantor KNKT.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wildan mengatakan pengemudi mulai merasakan rem kurang pakem beberapa saat setelah melakukan perjalanan dari Plumpang menuju Cileungsi. Saat di perjalanan tepatnya di daerah Tol Rawamangun, pengemudi mendengar bunyi mendesis pada kendaraan dan selanjutnya pengemudi menepikan kendaraan untuk memeriksa sumber bunyi yang didengarnya.

"Namun, tidak ditemukan. Tekanan angin di dasbor menunjukan angka 7 bar, selanjutnya pengemudi meneruskan perjalanan. Padahal angin dasbor menunjukan 7 bar ini tidak lazim. Sedangkan pengemudi di jalan tol tidak pernah menginjak rem, seharusnya tekanan angin penuh. Tetapi ini 7 bar, artinya ada kebocoran," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Kemudian, saat melanjutkan perjalanan pengemudi merasakan kesulitan melakukan pengereman sesaat setelah melalui APILL pintu tol Cimanggis-Cibitung. Pengemudi selanjutnya mengambil tindakan untuk berpindah jalur ke jalur lambat dengan tetap melakukan upaya pengereman serta memindahkan gigi ke posisi gigi rendah.

"Saat itu di roda gigi 5, dan kemudian mencoba memindahkan ke roda gigi 3 namun gagal," kata Wildan.


(ada/dna)

Hide Ads