Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi menyebut transisi energi menuju penggunaan energi baru terbarukan (EBT) masih membutuhkan proses panjang untuk bisa diterapkan di Indonesia.
Budi menyoroti kondisi pengendara kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM) fosil yang masih dominan di RI. Apalagi, pertimbangannya juga merujuk ke arah harganya di pasaran yang lebih murah dan mudah diakses.
"Secara makro EBT adalah merupakan suatu insiatif yg besar. Tentu tidak bisa serta merta. Karena apa. Karena masih ada gap harga antara harga yang terbarukan itu lebih mahal dan yang fosil lebih murah, juga kapasitas yang terpasang masih banyak. Itu adalah suatu keniscayaan yang kita lakukan," kata Budi kepada wartawan di Nusa Dua Bali, Rabu (19/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di luar perkara tersebut, Budi mengatakan pihaknya akan berfokus pada apa yang menjadi tugasnya sebagai Kementerian Perhubungan yakni dalam hal kendaraan bermotor.
"Makanya kalau dikaitkan dengan kementerian perhubungan sebagai user dari energi itu paling banyak adakah kendaraan bermotor," kata Budi.
"Sebesar apapun inisiatif itu, kita selalu dukung. 2 minggu lalu saya ke sini (Bali), di mana ada inisiasi dari anak-anak kreatif yang mengubah kendaraan lama, konversi itu kita lakukan. Jadi saya fokus pada apa yang menjadi tugas saya, Kemenhub, bagaimana penggunaan bahan bakar fosil itu menurun dan beralih ke listrik," lanjutnya.
Menurut Budi, pricing atau harga menjadi nilai utama yang melandasi kebutuhan masyarakat. Meksi begitu, patut dikritisi apakah kendaraan listrik dengan harga sesuai dengan kemampuan masyarakat itu memiliki kuatlitas yang sepadan.
"Pertanyaannya, apakah kualitasnya memenuhi? Daya jangkau, kekuatan baterai, tahan terhadap hujan dan lain sebagainya. Dan itu menjadi satu pertanyaan," ujarnya.
"Makanya secara khusus kepada Elektrum, GoTo, harus mementingkan konsistensi daripada kualitas, lalu kuantitas. Karena skala ekonomi itu nggak bisa dibohongi. 10 sama 1000 lain itu. Dan charging post pun mesti di invest dulu," sambung Budi.
(dna/dna)