50 Perusahaan Keroyokan Kurangi Emisi Karbon, Begini Caranya

50 Perusahaan Keroyokan Kurangi Emisi Karbon, Begini Caranya

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Selasa, 25 Okt 2022 08:14 WIB
Emisi Karbon
Foto: Dok Kadin
Jakarta -

Sebanyak 50 perusahaan nasional siap mengurangi emisi gas rumah kaca demi terciptanya net zero emission sesuai target pemerintah. Ke-50 perusahaan tersebut berkomitmen atas dekarbonisasi industri.

Ketua KADIN Net Zero Hub, Muhammad Yusrizki mengatakan, ini adalah langkah baik demi mengebut dekarbonisasi industri yang berujung pada pengurangan efek gas rumah kaca. Dia berharap titik awal gerakan dekarbonisasi yang dilakukan pertama kali oleh 50 perusahaan Indonesia itu akan diikuti oleh perusahaan-perusahaan Indonesia lainnya.

"Yang belum banyak disadari oleh stakeholder bisnis nasional adalah perubahan tatanan bisnis dan investasi global yang akan sangat berdampak kepada pelaku usaha dalam negeri," kata Yusrizki melalui keterangan tertulisnya, Senin (24/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menargetkan setidaknya 100 perusahaan nasional menyatakan komitmen atas dekarbonisasi industri pada gelaran B20 Summit bulan November nanti di Bali.

Yusrizki membeberkan, inisiatif ini dilatarbelakangi fakta bahwa belum optimalnya pengurangan emisi karbon di sektor industri. Di sisi lain, kendala terbesar perusahaan-perusahaan yang sudah mengerti dan ingin melakukan dekarbonisasi industri adalah minimnya informasi, pengetahuan terkait proses transisi itu sendiri, dan akses kepada energi bersih.

"Proses dekarbonisasi memang bukan hal yang mudah untuk dilakukan oleh perusahaan dengan skala apapun, bahkan perusahaan berskala multinasional juga memiliki tantangannya tersendiri dalam proses transisi," timpalnya.

ADVERTISEMENT

Yusrizki yang juga menjabat sebagai Ketua Komite Tetap Energi Baru Terbarukan Kadin Indonesia ini mengungkapkan, dalam kegiatan tersebut turut KADIN NZH mengajak diskusi para pengusaha mengenai penghitungan emisi gas karbon perusahaan, hingga perencanaan kerangka kerja operasional rendah emisi.

"Mengenai standar SBTi (Science Based Target Initiatives) yang merupakan panduan global dalam dekarbonisasi industri. Pendampingan teknis ini diberikan secara komprehensif, tanpa biaya kepada perusahaan-perusahaan nasional yang serius ingin melakukan transisi menuju Net Zero Company. Saat ini sebanyak 50 perusahaan telah tergabung dalam KADIN NZH," beber Yusrizki.

"Salah satu hal yang paling menyulitkan perusahaan dalam dekarbonisasi industri adalah ketersediaan dan akses kepada energi ramah lingkungan," tegas Yusrizki.

Syarat Investasi

Saat ini investor disebut Yusrizki mulai menetapkan persyaratan baru dalam pengambilan keputusan investasi, misalnya akses kepada energi bersih, kadar emisi dalam jaringan kelistrikan nasional, dan poin-poin terkait mitigasi bencana alam.

"Singkatnya, investor dan perusahaan multi nasional tidak mau berinvestasi di negara-negara dengan emisi karbon yang tinggi. Ini akan sangat mempengaruhi Foreign Direct Investment ke Indonesia, baik investasi baru maupun investasi yang saat ini masih berjalan," ungkapnya.

Beberapa parameter konvensional dalam investasi, seperti ketersediaan buruh murah dan kemudahan perizinan, berangsur akan mulai digantikan dengan parameter baru seperti ketersediaan dan akses kepada energi bersih, tingkat emisi karbon dalam jaringan kelistrikan nasional (grid emission factor).

Sebagai contoh, saat ini, sebanyak 370 perusahaan multinasional bergabung dalam inisiatif global RE100 dengan komitmen menggunakan energi terbarukan secara bertahap, yaitu 60% di tahun 2023, 90% di tahun 2040, dan 100% di tahun 2060. Dari 370 perusahaan tersebut, banyak yang saat ini sedang melakukan kegiatan usaha di Indonesia. Sesuai dengan komitmen RE100 yang sudah ditandatangani, perusahaan-perusahaan tersebut berlomba-lomba dalam mencapai target penggunaan energi terbarukan di seluruh lini usaha dan produksi di seluruh negara tempat mereka melakukan kegiatan usaha, termasuk Indonesia.

Indonesia sendiri tertinggal dalam penyediaan energi terbarukan di kawasan ASEAN. Vietnam, Kamboja, dan Thailand yang lebih unggul dalam penyediaan energi bersih dengan kapasitas terpasang energi terbarukan masing-masing sebesar 55,8%, 54,8%, dan 30,3%, sementara Indonesia berada di angka 14,8% (ASEAN Power Updates, 2021).

"Secara logika, perusahaan akan meningkatkan investasinya di negara-negara dengan ketersediaan dan akses kepada energi hijau, dan akan meninggalkan negara-negara yang tidak dapat memenuhi kebutuhan akan energi bersih. Ini satu hal yang harus disadari oleh khususnya pengambil kebijakan," imbuhnya.

Dalam soft-launch KADIN Net Zero Hub Indonesia yang berlangsung di Jakarta 19 Oktober lalu itu, 14 perusahaan yang tergabung dalam KADIN NZH merealisasikan komitmen dekarbonisasi industri melalui Industry Pledge. Perusahaan tersebut terdiri dari Kadin NZH signatories: PT Tira Austenite Tbk, PT Red Planet Indonesia Tbk, PT Samora Usaha Makmur, PT Mitra Kiara Indonesia, April Group, PT Ever Shine Tex Tbk, PT Chemstar Indonesia Tbk, PT Pan Brothers Tbk, PT NQA Indonesia, PT Aneka Gas Industri Tbk, dan KADIN NZH supporters: Multi Bintang Indonesia, Danone Indonesia, Nestlé Indonesia, dan H&M Indonesia.



Simak Video "Indonesia Menuju Transisi Energi"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads