Pertamina hadir dalam gelaran Abu Dhabi International Petroleum and Conference (ADIPEC) yang berlangsung pada 31 Oktober hingga 3 November 2022 di Abu Dhabi National Exhibition Centre, Uni Emirat Arab. Sebanyak 2.200 perusahaan, 54 perusahaan migas nasional (National Oil Company/NOC) dari 28 negara berpartisipasi menjadi peserta untuk menjelajahi tren pasar terbaru, bertukar informasi dan promosi dan menjalin kerja sama untuk menjalankan rantai bisnis tingkat global untuk meningkatkan nilai penuh industri.
ADIPEC merupakan gelaran exhibisi tempat ekosistem energi seperti pembuat kebijakan, pengambil keputusan bidang energi, innovator, dan perusahaan energi di seluruh dunia untuk bertemu.
SVP Research Technology and Innovation Pertamina Oki Muraza menjadi salah satu panelis dalam acara tersebut bersama narasumber lainnya yaitu Executive Vice President and CEO Upstream Petronas Adif Zulkifli, CEO PTTE Montri Rawanchaikul, dan President & CEO KNOC Dong Sub Kim. Acara ini dimoderatori oleh TV Anchor & MD RME Media, Rebecca McLaughlin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyampaikan bagaimana Pertamina telah melakukan upaya transisi energi dan mengurangi emisi demi mewujudkan target Net Zero Emission (NZE) Indonesia pada tahun 2060. Salah satunya adalah melalui energi panas bumi atau geothermal, mengingat lokasi Indonesia yang berada di ring of fire dunia. Oki mengatakan, 30 tahun sebelum perjanjian Paris, Pertamina telah mengeksplorasi tentang panas bumi.
"Pada dasarnya 30 tahun sebelum perjanjian Paris, kami memulai eksplorasi kami tentang panas bumi, mengingat Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar. Jadi strateginya ketika kita berbicara transisi energi, ada dua jawaban terbaik yaitu energi panas bumi dan hydro power," ujar Oki dalam keterangan tertulis, Jumat (4/11/2022).
Ia menambahkan teknologi menjadi hal yang penting dalam mengembangkan energi alternatif tersebut.
"Teknologi itu sangat penting, jadi kami mengembangkan lebih banyak teknologi dalam hal pemanfaatan limbah panas. Selain itu kami juga memiliki sejumlah inisiatif untuk mengoptimalkan aliran dan emisi", tambahnya.
Selanjutnya Dong Sub Kim menjelaskan transisi energi merupakan optimasi campuran optimal dari berbagai energi, misalnya minyak, gas dan solar itu akan bergantung pada masing-masing negara. Menurutnya, tiga hal yang menjadi pendukung utama dalam transisi energi adalah teknologi inovatif, dan kerja sama atau kolaborasi.
Hal tersebut juga diaminkan oleh Oki, bahwa kolaborasi dari berbagai pihak menjadi kunci dari keberhasilan transisi energi di suatu negara, bahkan dunia. Monti juga menjelaskan faktor pendukung lainnya, yaitu investasi dan pendanaan.
Pertamina terus berkomitmen untuk menargetkan pengurangan Karbon Dioksida (CO2) sebesar 25 - 30 juta ton pada tahun 2060. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang menargetkan pada tahun 2030 penurunan emisi sebesar 31.89% dengan usaha sendiri atau 43.20% dengan bantuan internasional sesuai dengan Enhanced National Determined Contribution (NDC) terbaru dan aspirasi net zero emission (NZE) Indonesia di 2060 atau lebih cepat.
(ncm/ega)