PLN Gandeng Lembaga Internasional untuk Kembangkan Sistem Smart Grid

PLN Gandeng Lembaga Internasional untuk Kembangkan Sistem Smart Grid

Yudistira Perdana Imandiar - detikFinance
Minggu, 13 Nov 2022 18:44 WIB
Smart Grid EBT PLN
Foto: PLN
Jakarta -

PT PLN (Persero) menggandeng sejumlah lembaga internasional untuk mendorong perkuatan smart grid dalam rangka mendukung transisi energi. Smart grid menjadi bagian tak terpisahkan dari pengoperasian pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) yang menjadi pemasok utama kebutuhan listrik ke depan.

Menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030, pembangkit EBT akan mendominasi penambahan kapasitas pembangkit yaitu sebesar 20,9 Gigawatt (GW) atau sekitar 51,6 persen dari total proyek pembangkit baru.

Di sela agenda BNEF Summit di Nusa Dua, Bali Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN Evy Haryadi menjelaskan Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis dipisahkan oleh lautan. Saat ini jaringan listrik PLN yang terdiri dari 4 sistem besar dan 16 sistem kecil hingga menengah dengan lebih dari ratusan sistem terisolasi beroperasi untuk menyalurkan energi ke masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setiap sistem, kata Evy, memiliki konfigurasi pembangkit, infrastruktur transmisi, dan karakteristik beban yang berbeda. Ia menerangkan dengan karakteristik geografis, masing-masing pulau memiliki potensi energi terbarukan yang berbeda-beda, sehingga setiap sistem memiliki pendekatan dan strategi yang berbeda untuk integrasi energi terbarukan.

Evy menjabarkan pembangkit listrik berbasis EBT memiliki sifat intermiten atau bergantung pada kondisi cuaca. Penyerapan daya hanya akan bisa maksimal bila dalam cuaca yang mendukung, seperti matahari untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan angin pada pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB). Untuk itu, lanjutnya, dibutuhkan pengembangan smart grid yang lebih fleksibel untuk mengintegrasikan listrik berbasis EBT.

ADVERTISEMENT

"Saat ini kami sedang membuka ruang kolaborasi baik dari sisi investasi, teknologi dan kerja sama lainnya untuk menciptakan smart grid yang lebih fleksibel. Sejumlah lembaga internasional yang telah dan akan berkolaborasi dengan kami antara lain Global Power System Transformation (G-PST) Consortium, USAID hingga Accenture," jelas Evy dalam keterangan tertulis, Minggu (13/11/2022).

Chairman Accenture Growth Markets Gianfranco Casati menilai jaringan listrik yang andal menjadi kunci dari pertumbuhan EBT di Indonesia. Namun, kata Casati seluruh dunia saat ini juga menghadapi tantangan yang sama dalam ketersediaan jaringan listrik yang kompatibel untuk pembangkit EBT yang bersifat intermiten.

"Jaringan listrik sebenarnya merupakan faktor penting untuk pertumbuhan energi terbarukan tapi ini bukan hanya di Indonesia, banyak pasar lain telah menghadapi atau sedang menghadapi tantangan yang sama persis," papar Casati.

Casati mengatakan dalam pengembangan EBT di Indonesia, PLN butuh mengalokasikan paling tidak US$ 150-200 miliar per tahun hingga 2030. Namun, dana ini bukan hanya untuk prioritas pembangkit, melainkan investasi perlu dialokasikan salah satunya untuk pengembangan smart grid sebagai komponen penting dalam pengembangan EBT di Indonesia.




(ncm/ega)

Hide Ads