Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyinggung harga karbon di negara berkembang yang lebih murah dibandingkan negara maju. Padahal menurut Bahlil kualitas karbon di negara berkembang seperti Indonesia lebih bagus daripada negara maju.
"Saya mohon maaf kepada saudara-saudara saya dari negara terhormat, harga karbon negara maju dan negara berkembang yang punya sumber daya terhadap karbonisasi yang baik itu harganya beda. Negara maju harganya bisa sampai US$ 100 per ton," katanya di B20 Summit Indonesia, di BNDCC, Minggu (13/11/2022).
"Dan negara berkembang seperti desa hanya seharga US$ 20 bahkanhanya sampai dengan US$ 15," lanjutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, hal ini harus dibicarakan dan menyamakan harga karbon di dunia. Untuk meningkatkan harga karbon yang rendah di negara berkembang, Bahlil mengatakan dibutuhkan investasi yang besar.
"Lahan-lahan atau sumber daya yang ada dibutuhkan investasi yang besar. Contohnya kami di Indonesia sebagian perdagangan harga karbon kami dianggap kurang karena kami masih punya lahan yang cukup. Kami punya mangrove dan karang," ungkapnya.
Bahlil mencontohkan Indonesia yang harga karbonnya rendah dari negara maju. Alasan yang didapat Bahlil, karena Indonesia masih memiliki lahan yang sangat besar untuk menghasilkan karbon.
"Kalau gitu kita habisin dulu mangrovenya dan rusakin dulu karena agar harga karbon kita sama. Saya pikir kami bukan orang yang berpikir picik seperti itu." tegasnya.
(ada/dna)