Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan rencana pensiun dini PLTU batu bara sedang dibahas. Hal itu disampaikannya dalam acara Kompas100 CEO Forum bertajuk Pengembangan Ekonomi Hijau dan Urgensi Program Berkelanjutan.
"Karena kita ingin melakukan pensiun dini untuk PLTU-PLTU yang gunakan batu bara, dan sekarang cukup intens dilakukan PLN dalam shifting (pergeseran) ini," ujar Suharso di The Westin Jakarta Selatan, Rabu (23/11/2022).
Suharso menjelaskan, dibutuhkan dana US$ 400 juta-US$ 500 juta atau Rp 6,2 triliun-Rp 7,8 triliun (kurs Rp 15.700/US$) untuk pensiun dini PLTU per gigawatt power. Jika di Pulau Jawa PLTU yang dipensiunkan dayanya 40-50 gigawatt, diperlukan sekitar US$ 20 miliar atau Rp 314 triliun
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi menurut saya, masih besar sekali kita butuh dana sekitar US$ 400 juta- US$ 500 juta per gigawatt untuk setiap pensiun dini PLTU. Dapat dibayangkan jika di Jawa saja 40-50 gigawatt, diperlukan US$ 20 miliar," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Keuangan PLN Sinthya Roesly menyebut pentingnya mengurangi emisi karbon dari PLTU. PLN masih mengatur perencanaan dan operasionalisasinya.
"Dari power plant (pembangkit listrik) yang berpotensi dipensiunkan, ini ada beberapa aspek. Aspek demand-supply, teknologi, usia, size kapasitas, dan perannya di sistem dalam beberapa tahun ke depan dalam memenuhi demand-supply," jelasnya.
Pendataan memang menjadi hal yang menjadi perhatian. Di sisi lain target nol emisi karbon harus tercapai tanpa harus menambah biaya.
"Jadi saving, penurunan CO2 namun tidak menambah biaya, ini tantangannya," tutur Sinthya.