Gas bumi bakal menjadi komoditas yang diperebutkan beberapa tahun ke depan. Komoditas yang satu ini pun diyakini tersedia dalam jumlah besar di Indonesia.
Senior Upstream Oil Industry Analyst OPEC Mohammad A. Al Kazimi memprediksi pertumbuhan permintaan komoditas gas bumi bakal signifikan beberapa tahun ke depan di tengah tren transisi energi. Energi yang satu ini dinilai lebih bersih dibandingkan minyak bumi.
"Gas alam akan menjadi bahan bakar fosil yang tumbuh paling cepat selama perkiraan periode, didorong sebagian oleh tingkat urbanisasi yang lebih tinggi, permintaan industri dan penggantian jangka panjang batubara dalam pembangkit listrik," papar Al Kazimi dalam acara 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022) di Nusa Dua, Bali, Kamis (24/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Indonesia sendiri, dari data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) status per 31 Desember 2021 Indonesia memiliki cadangan terbukti (proven reserves) gas bumi sebesar 34,64 triliun kaki kubik (TCF). Bila digabungkan dengan data cadangan potensial (potential reserves), berdasarkan data Kementerian ESDM status 1 Januari 2021, total cadangan gas RI mencapai 60,61 TCF.
Jumlah tersebut masih bisa bertambah karena Indonesia masih memiliki 68 cekungan potensial yang belum tereksplorasi.
Berdasarkan Neraca Gas Indonesia 2022-2030, Indonesia kemungkinan akan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dari lapangan migas yang ada. Dalam 10 tahun ke depan, Indonesia juga diperkirakan akan mengalami surplus gas hingga 1.715 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) yang berasal dari beberapa proyek potensial.
Genjot Eksplorasi
Industri hulu migas Indonesia sendiri sampai saat ini masih berupaya mencapai target produksi minyak 1 juta BOPD dan produksi gas 12 BSCFD pada tahun 2030. Deputi Perencanaan SKK Migas Benny Lubiantara membeberkan nilai ekonomis suatu proyek migas menjadi salah satu masalah besar dalam upaya menggenjot eksplorasi.
"Masalah utamanya adalah membuat suatu proyek menjadi bernilai ekonomis. Kemudian, bagaimana kita mengeksekusi proyek dengan budget yang sesuai dengan perhitungan," papar Benny dalam agenda yang sama.
Menurutnya, pihaknya akan terus merencanakan pemberian tambahan insentif yang menarik bagi para investor. Dengan begitu, eksplorasi sektor migas akan terus berjalan dan target yang ditetapkan bisa tercapai.
Tenaga Ahli Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Nanang Abdul Manaf mengatakan eksplorasi menjadi satu-satunya jalan untuk mencapai target lifting migas di Indonesia. Khususnya, untuk menggenjot produksi gas bumi.
"Untuk meningkatkan produksi migas di Indonesia tidak ada cara lain selain melakukan eksplorasi. Maka dari itu eksplorasi harus diperbanyak," papar Nanang dalam agenda yang sama.
Simak Video "IPA Convex 2024 Jadi Momentum Bagi Ketahanan Energi Indonesia "
[Gambas:Video 20detik]