Sri Mulyani Bilang APBN Bisa Nggak Defisit, tapi Listrik-BBM Naik Mau?

Sri Mulyani Bilang APBN Bisa Nggak Defisit, tapi Listrik-BBM Naik Mau?

Anisa Indraini - detikFinance
Jumat, 03 Feb 2023 13:53 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 bisa saja didesain tidak defisit alias seimbang antara pengeluaran dan pendapatan. Hanya saja tarif listrik dan Bahan Bakar Minyak (BBM) akan naik.

Hal itu dikatakan Sri Mulyani untuk menjawab pertanyaan dari perwakilan PT PLN Indonesia Power. Bendahara Negara itu mendapat pertanyaan kenapa APBN 2023 masih didesain defisit, padahal ekonomi sudah pulih dan pendapatan negara ditargetkan naik.

"Seandainya APBN mau dibalance-kan, bisa sih, Anda mau kita balance-kan? PLN nggak saya bayar Rp 171 triliun itu langsung turun defisitnya. Bu Nicke (Pertamina) nggak usah saya bayar Rp 379 triliun itu langsung sudah nol defisitnya. Mau, PLN sama Pertamina?," kata Sri Mulyani saat mengisi Kuliah Umum yang dilihat virtual, Jumat (3/2/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terus Anda jawabnya begini, 'boleh saja tapi saya boleh naikkan tarif listrik', ya monggo saja dimarahi rakyat seluruh Indonesia. As simple as that," tambahnya.

Sri Mulyani menyebut jika tarif listrik dan BBM tidak disubsidi, bisa saja APBN seimbang karena defisit di 2022 di bawah Rp 500 triliun tepatnya Rp 464,3 triliun atau 2,38% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan di APBN 2023 defisit diperkirakan mencapai Rp 598,2 triliun .

ADVERTISEMENT

"Jadi persoalannya itu pilihan. Kalau kita membuat defisit itu bukan karena kita hobi pengin defisit, apalagi dibilang hobi ngutang. Itu adalah sebuah desain Indonesia butuh apa, ada yang masih menganggur, ada masyarakat miskin, ada yang masih butuh infrastruktur, ada yang membutuhkan rumah sakit, jadi kalau saya list semua orang itu kebutuhannya banyak banget, itu kita seleksi sampai sekitar Rp 3.000 triliun, penerimaan negara belum mencapai itu," jelasnya.

Kehadiran APBN disebut sebagai alat untuk membuat ekonomi lebih sehat. Jika ekonomi sedang kuat, pemerintah akan menggenjot penerimaan dengan cara mereform perpajakan. Jika masyarakat sedang sulit seperti kondisi pandemi COVID-19, APBN hadir untuk masyarakat dengan memberikan berbagai subsidi.

"Jadi sering ada orang mengatakan APBN tuh harus sehat, at all cost. Bisa saja APBN sehat walafiat, (tapi) ekonominya menggelepar," imbuhnya.

Oleh karena itu, Sri Mulyani menegaskan bahwa konsep APBN yang didesain defisit tidak melulu sesuatu yang negatif. "APBN itu fleksibel. Kalau Indonesia masih membutuhkan support untuk pemulihan ekonomi, kita akan berikan dukungan," tandasnya.

(aid/dna)

Hide Ads