Terkait kampanye pengurangan emisi karbon, Delta Dunia terus menyesuaikan diri demi bisa bertahan. Targetnya di tahun 2028 perseroan hanya akan mengandalkan pendapatan dari thermal coal atau batu bara untuk bahan bakar sebesar 50%.
"Kita percaya dunia akan transisi ke low carbon environment, dunia yang lebih rendah karbonnya. Oleh karena itu agar bisnis kami resilience, kami sangat perlu untuk melakukan transisi itu. Oleh karena itu kami menentukan sikap bahwa kami akan menuju kurang dari 50% pendapatan kami yang dihasilkan di thermal coal pada 2028," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun 2022, Delta Dunia melalui operasional BUMA Australia menggarap 76% produk Met Coal, sementara thermal coal hanya 24%. Sepanjang 2022, secara keseluruhan baik di Indonesia maupun Australia, Delta Dunia menggarap 13% operasional pertambangan Met Coal, dan 87% operasional thermal coal.
Menurut Ronald semakin perusahaan melakukan diversifikasi di luar batu bara sebagai pembangkit listrik, maka semakin kuat keberlangsungan dari perusahaan. Terkait sampai kapan batu bara dibutuhkan, ia tidak bisa memastikan.
"Nggak ada yang tahu. Tapi yang kami tahu dunia masih butuh batu bara. Dan kami nggak tahu berapa tahun lagi, berapa banyak. Yang kami tahu kalau kami yang berkecimpung di Industri ini kami harus kerja seefisien mungkin," tegasnya.
Ronald menambahkan, bisnis Delta Dunia di Indonesia tergolong stabil, sementara bisnisnya di Australia terus tumbuh. Mengutip laman perusahaan, Perseroan memiliki anak perusahaan operasional, PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA), salah satu kontraktor pertambangan batubara terbesar di Indonesia berdasarkan volume produksi.
Pada bulan Desember 2021, BUMA, melalui BUMA Australia Pty. Ltd., anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh BUMA, mengakuisisi Open Cut Mining East di Australia, yang sebelumnya merupakan segmen bisnis Downer EDI Mining Pty. Ltd (BUMA Australia). Kemudian Perseroan juga memiliki dua anak perusahaan lainnya yaitu PT. Bukit Teknologi Digital (BTech), PT. Bisa Ruang Buswantara (Biru).
"Investasi di Australia ini kamui secara geografis lebih terdiversifikasi. Dalam satu tahun hampir 10 lebih orang Indonesia ke Australia bantu orang Australia dalam implementasi teknologi. Ada 3 engineer bantu tim di Australia. Jadi tim Australia belajar dari kita, tapi tim Indonesia juga belajar," pungkasnya.
(hns/hns)