Pemerintah akan terus mendorong hilirisasi. Hilirisasi itu juga akan dilakukan pada minyak dan gas bumi (migas).
Untuk mendorong hilirisasi migas, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, dirinya akan mengusulkan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menyetop ekspor gas.
Luhut mengatakan, ekspor gas tetap bisa dilakukan sepanjang mengikuti kontrak. Sementara, jika kontraknya habis, maka ekspor gas bisa disetop.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita mungkin akan menyarankan pada presiden kita nggak ekspor lagi gas kita ke luar. Kontrak yang sudah ada ya silakan tapi kalau expired setop," kata Luhut dalam acara Economic Update CNBC Indonesia, Senin (10/7/2023).
Dia mengatakan, hilirisasi migas bisa berupa produk petrokimia. "Kenapa kita mesti ekspor bahan-bahan ginian," katanya.
Menurut Luhut, untuk mendorong hilirisasi ini perlu dilihat struktur biaya gas. Ia pun akan berupaya menekan harga gas tersebut.
"Sekarang harganya masih US$ 6 kita coba lihat strukturnya cost itu bisa nggak kita bikin US$ 5 atau berapa dolar," ujar Luhut.
Dikutip dari situs SKK Migas, Minggu (9/7), Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi mengatakan volume kebutuhan migas masih akan meningkat hingga tahun 2050 seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi nasional.
Dia melanjutkan, gas bumi akan memainkan peran penting selama transisi energi untuk menjaga keseimbangan keamanan energi yang tepat sekaligus memberikan komitmen yang kredibel untuk transisi energi.
Saat ini, lanjut Kurnia, lebih dari 50% penemuan cadangan dalam 1 dekade terakhir merupakan lapangan gas, termasuk di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Rata-rata 70% Plan of Development merupakan pengembangan lapangan gas dan Reserves to Production Gas Indonesia 2 kali lebih besar dibandingkan minyak bumi seperti yang kami sampaikan sebelumnya, gas merupakan energi yang reliable dan rendah emisi dibandingkan minyak bumi," bunyi keterangan di situs SKK Migas.
Kurnia mengatakan, jika melihat dari profil pembeli gas Indonesia, sejak 2012 pasokan gas untuk pemanfaatan domestik telah melampaui pemanfaatan gas untuk pasar ekspor, dan diyakini penggunaan gas untuk kebutuhan domestik akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan ketahanan energi domestik.
Pemanfaatan gas bumi di Indonesia juga menunjukkan peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,31% pada tahun 2022. Dari total pasokan gas 5.474 BBTUD pada tahun 2022, pasokan untuk pasar dalam negeri mencapai 3.683 BBTUD atau 67% dari total pasokan.
Di sisi lain, sejak tahun 2012, permintaan gas bumi Indonesia mengalami kenaikan rata-rata 1% per tahun.
(acd/das)