PT PLN (Persero) terus mengakselerasi upaya transisi energi demi mendukung target pemerintah mewujudkan Net Zero Emission (NZE)/nol emisi karbon di 2060 mendatang. PLN menyiapkan road map atau peta jalan jangka pendek dan panjang untuk mewujudkan hal tersebut.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan pihaknya telah mengambil tindakan nyata untuk mengoptimalkan kapasitas energi baru terbarukan (EBT) di dalam sistem PLN. Sekaligus membuka potensi-potensi pengembangan yang baru.
"PLN mengambil langkah agresif dalam pengembangan EBT di Tanah Air. Kita sudah petakan potensinya satu per satu dan kita kolaborasikan dengan stakeholder terkait agar transisi energi ini tidak hanya mampu menyediakan energi bersih tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Darmawan dalam keterangan tertulis, Kamis (13/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baru-baru ini, PLN menjalin kolaborasi pemanfaatan energi bersih melalui penandatanganan 28 kolaborasi dengan 10 perusahaan untuk penyediaan layanan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) pada rooftop.
Penandatanganan ini dilakukan dalam agenda tahunan The 11th EBTKE Conex 2023, Rabu (12/7). Adapun langkah ini sejalan dengan misi perseroan untuk mendukung upaya pemerintah dalam transisi energi menuju NZE 2060.
EVP Transisi Energi dan Keberlanjutan PLN Kamia Handayani menjelaskan pengurangan emisi karbon merupakan sebuah keniscayaan. Mengingat dampak perubahan iklim tak hanya dirasakan di kancah global, namun juga berpengaruh pada berbagai sektor di Indonesia.
Ia menerangkan dampak perubahan iklim dan cuaca ekstrem turut mempengaruhi operasional hingga infrastruktur PLN. Hal ini pun menjadi motivasi bagi pihaknya untuk terus mendorong transisi energi demi menjaga lingkungan dan bisnis secara berkelanjutan.
"Kita harus optimis (mewujudkan target NZE) makanya untuk bisa yakin kita siapkan peta jalannya. Memang kalau dilihat 2060 lama, makanya harus dimulai dari sekarang," tutur Kamia dalam program detik Pagi, pada Rabu (12/7).
Kamia merinci dalam jangka pendek, pihaknya berupaya mendukung pemerintah mencapai target NDC (Nationally Determined Contribution). Sebagaimana diketahui, Indonesia menaikkan target NDC menjadi 31,89% atau setara 912 juta ton CO2 pada tahun 2030. Jumlah ini meningkat dari sebelumnya 29%.
Untuk mewujudkan hal tersebut, PLN menargetkan akan melakukan pengembangan pembangkit listrik dari energi baru dan terbarukan (EBT) sebanyak 20,9 Giga Watt (GW). Pengembangan pembangkit renewable ini meliputi pembangkit listrik tenaga air, surya, dan panas bumi.
Lebih lanjut, kata dia, perseroan melakukan dekarbonisasi pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) eksisting dengan menggantinya ke biomassa. Perseroan juga melakukan perencanaan agar PLTU dipensiunkan demi menekan emisi.
"Dalam perencanaan itu sudah di-cancel 13,3 Gigawatt PLTU Batu Bara. 1 Gigawatt PLTU itu per tahun sekitar 5-6 juta ton," terangnya.
Sementara itu, dalam jangka panjang PLN akan terus mengadopsi teknologi baru untuk menyuplai kebutuhan energi di Tanah Air. Ia menyebut sejumlah energi tersebut bisa didapat dari green hydrogen atau blue hydrogen (ammonia).
Menurutnya, PLN juga gencar menerapkan teknologi co-firing di PLTU guna mencapai target nol emisi karbon. Teknologi co-firing merupakan substitusi batu bara dengan biomassa untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap yang telah dilakukan sejak 2020 lalu.
Tak hanya itu, PLN juga mengembangkan Carbon Capture and Storage (CCS) sebagai teknologi penyerap emisi karbon dalam jumlah besar di PLTU dan PLTG.
Lebih lanjut, Kamia mengatakan masyarakat juga bisa ikut berpatisipasi mendukung target NZE. Salah satunya dengan beralih ke kendaraan listrik. Menurutnya, listrik dan transportasi ialah penyumbang emisi terbesar di sektor energi.
Untuk mendukung transisi ke kendaraan listrik ini, PLN juga telah mengoperasikan 600 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di seluruh Indonesia. SPKLU ini telah terkoneksi dengan electric vehicle digital system (EVDS), sehingga masyarakat bisa mengecek ketersediaan dan lokasi charging station melalui aplikasi PLN Mobile.
Ia menambahkan jumlah stasiun pengisian kendaraan listrik ini akan terus ditambah, sehingga masyarakat pun tak perlu khawatir saat bepergian ke luar kota sekali pun.
PLN membuka kerja sama dengan berbagai pihak dengan membuka partnership charging station, nantinya PLN akan menyediakan pasokan listrik bagi mitra tersebut.
"Tidak hanya PLN yang bangun (stasiun pengisian) tapi ada juga kerja sama SPKLU yang dibangun pihak lain," ucap Kamia.
Kamia juga menegaskan pentingnya kolaborasi berbagai pihak untuk mewujudkan seluruh upaya mengurangi emisi karbon. Tak hanya dari sektor energi saja, tapi juga dari transportasi, kehutanan, dan sektor-sektor lainnya.
"Financial institution juga bisa menyediakan low cost financing, capacity building juga, intinya kolaborasi. Tidak bisa bekerja sendirian harus bareng-bareng," pungkasnya.
(ega/ega)