Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mendukung pengembangan sumur gas bumi di Wilayah Kerja (WK) Migas OSES demi menyuplai kebutuhan industri. Apalagi permintaan gas dari kota industri, salah satunya Cilegon, Banten, dinilai masih tinggi.
"Pemerintah juga mendukung dan menyampaikan bahwa demand di daerah Cilegon masih banyak, sehingga sangat memungkinkan untuk produksi gas bumi dari PHE OSES terus dikembangkan. Namun perlu diperhatikan juga kesiapan Gas Processing Plant, jika produksi gas bumi sudah meningkat dan dapat mengalirkan kembali ke industri di Cilegon," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (21/8/2023).
Wilayah Kerja Migas OSES merupakan wilayah kerja alih kelola akibat berakhirnya kontrak kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan CNOOC Limited asal China. Pertamina melalui PHE OSES mulai mengelola wilayah kerja tersebut pada tahun 2018.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fasilitas instalasi migas pada WK OSES 57% berusia di atas 30 tahun, sehingga instalasi Migas PHE OSES tidak dalam kondisi yang baik pada saat aset diserahterimakan ke PHE OSES pada tahun 2018. Hal tersebut membuat PHE OSES harus melakukan perbaikan dan penggantian besar-besaran yang mengharuskan instalasi migas berhenti sementara (Planned Shutdown).
Tutuka lalu melakukan Management Walkthrough (MWT) ke Fasilitas Gas Processing Plant dan Pembangkit Listrik PHE OSES di Pulau Pabelokan, Jakarta, Jumat (18/8). Ia melakukan patroli udara mengelilingi Wilayah Kerja PHE OSES (Cinta dan Rama Complex Platform), mulai dari Kepulauan Seribu, Jakarta hingga lepas Pantai Provinsi Lampung, dan berakhir di Pulau Pabelokan.
"PHE OSES agar berpikir lebih dari biasanya dan tidak biasa, agar pada saat proses perbaikan tidak terjadi penurunan produksi migas yang signifikan. Diupayakan agar waktu Planned Shutdown dibuat sesingkat mungkin," imbuhnya.
"Kementerian ESDM melalui Ditjen Migas mendukung perbaikan dan penggantian pada Instalasi Migas yang rusak atau memiliki risiko tinggi, namun yang perlu diperhatikan adalah agar tidak terjadi penurunan produksi migas yang signifikan pada saat perbaikan dan penggantian tersebut," lanjut Tutuka.
Direktur Utama Regional 2 Wisnu Hindadari, dalam kesempatan tersebut menyampaikan terima kasih atas kegiatan MWT itu. Ia mengharapkan dukungan dari Pemerintah khususnya dalam kepastian regulasi perizinan untuk PHE OSES dapat terus mengembangkan operasinya, guna menjaga produksi migas tetap tinggi dan meningkat.
PT PHE OSES menjadi operator di Wilayah Kerja OSES mulai 6 September 2018 dengan kontrak Kerjasama bagi hasil Gross Split, dengan kumulatif produksi s.d 31 Des 2022, untuk minyak sebesar 1.484,41 MMBO dan Gas sebesar 1.335,35 BCF. Adapun produksi aktual minyak (Aktual YTD) sebesar 17.511 BOPD dan produksi aktual gas (Aktual YTD) sebesar 29 MMSCFD.
(ily/kil)