PT PLN (Persero) tengah gencar menjalankan upaya transisi energi di Indonesia. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menegaskan inisiatif tersebut dilakukan bukan karena menjalankan peraturan semata, tapi PLN peduli pada kelestarian alam dan masa depan Indonesia.
Darmawan mengulas perubahan iklim global merupakan isu yang harus menjadi perhatian semua pihak. Untuk itu, PLN berperan aktif dalam melakukan transisi energi demi memperbaiki kualitas lingkungan untuk generasi mendatang.
"Nah memang bumi memanas dan untuk itu dalam hal ini PLN sangat berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Kenapa? karena kita harus memastikan generasi masa mendatang harus punya masa depan lebih baik dibandingkan generasi kita saat ini," tutur Darmawan pada gelaran ASEAN Indo Pacific Forum (AIPF) 2023 di Jakarta, Rabu (6/9).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menggarisbawahi transisi energi yang dilakukan PLN bukan sebatas menjalankan peraturan demi tercapaian Net Zero Emission (NZE) Indonesia 2060. Lebih dari itu, Darmawan menyatakan PLN memang peduli terhadap kelestarian alam.
"Kita melakukan ini bukan hanya karena perjanjian internasional, bukan hanya karena peraturan, tapi kita melakukan ini karena benar-benar peduli. Dalam proses ini menjalankan transisi energi tantangannya banyak. Ada tantangan teknologi, ada tantangan kebijakan, ada tantangan investasi, ada tantangan mengenai kerja sama, memang untuk menghadapi transisi energi ini baik Indonesia maupun negara mana pun tidak ingin menghadapi transisi energi ini dalam suasana kesendirian," papar Darmawan.
Salah satu langkah besar transisi energi yang dilakukan PLN adalah menghapus rencana pembangunan pembangkit listrik batu bara dengan kapasitas 13 gigawatt (GW). Darmawan menerangkan pihaknya menghapus rencana pembangunan pembangkit listrik batu bara dengan kapasitas 13 GW di Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dua tahun lalu.
"Pada saat kita merancang RUPTL, kita sudah menghapus, ini dua tahun lalu, menghapus 13 GW pembangkit listrik tenaga batu bara, artinya apa, kalau andaikan pembangkit ini dibangun, maka selama 25 tahun mendatang ada emisi 1,8 miliar ton CO2 tapi we can avoid kita menghindari emisi itu," ungkap Darmawan.
Selain itu, PLN juga mengganti pembangkit batu bara berkapasitas 1,1 GW dengan pembangkit energi baru terbarukan.
"Kita tambah lagi, ada 1,1 GW 2 tahun lalu, pembangkit batu bara dihapus dan langsung diganti EBT," jelas Darmawan.
Darmawan menjabarkan dalam RUPTL yang telah disusun, sekitar 51,6% berasal dari pembangkit energi terbarukan. Hal itu menjadikan RUPTL ini sebagai RUPTL yang terhijau sepanjang sejarah.
"Pada waktu itu kita bangun RUPTL di mana 51,6%, 21 sekian GW tambahan pembangkitnya itu berbasis energi baru terbarukan. Pada waktu, wah ini sudah the most the greenest RUPTL dalam sejarah PLN, dalam sejarah Indonesia," ujar Darmawan.