UMKM masih kokoh Di tengah pandemi COVID-19. Selain itu, UMKM juga menjadi salah satu sektor dengan tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi.
Kendsti demikian masih ada saja UMKM yang kesulitan naik kelas. Ketua Bidang Pendanaan Dewan Kerajinan Nasional Suzana Ramadhani mengatakan ada tiga penyebabnya.
"Tiga hal ini sepertinya sudah puluhan tahun dihadapi," ucapnya Dalam acara Kriyanusa di JCC, Jumat (15/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertama, kapasitas. Suzanna yang juga istri dari Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, menjelaskan kapasitas adalah hal pertama.
Kapasitas berupa kemampuan UMKM dalam menghasilkan produk berkualitas dan menyediakannya tepat waktu.
Kedua, finansial. Hal ini mencakup kemampuan UMKM dalam mengelola keuangan atau memperoleh modal. Ketiga adalah memiliki atau mampu penetrasi pasar.
Untuk mengatasi tiga hal tersebut, co-founder Du Anyam, Hanna Keraf, mengatakan ada sejumlah solusi untuk tiga persoalan tersebut
Dalam aspek kapasitas, Hanna menjelaskan pelaku UMKM bisa memulai dengan mencoba konsisten menghasilkan produk yang berkualitas dan menyediakan produk tepat waktu.
Adapun dalam aspek finansial, ia menjelaskan pelaku UMKM bisa berkolaborasi dengan Aggregator atau perusahaan yang menampung ragam produk UMKM, untuk mengonsolidasikan pembiayaan tergabung.
Sementara dalam aspek pasar, ia menjelaskan bahwa permintaan terhadap ragam produk UMKM di pasar internasional saat ini masih tinggi. Salah satu contohnya adalah sektor kriya.
Jika tiga hal tersebut sudah diatasi, Suzanna menilai akan semakin mudah bagi UMKM untuk membuat produk ciri khas bangsa Indonesia atau national brand.
Dalam kondisi ideal, citra produk dalam negeri yang kuat akan menguatkan permintaan ekspor. Sekaligus membuat masyarakat Indonesia lebih mencintai produk yang diolah bangsanya sendiri.
"Kita yang pakai, kita yang jual sendiri. Sudah cukup dengan pola pikir rumput tetangga lebih hijau," tegas Suzana.
(hns/hns)