BP Berau Ltd (bp) dan PT Kilang Pertamina Internasional (Pertamina), anak perusahaan PT Pertamina (Persero), resmi menandatangani kontrak kerja sama (Memorandum of Understanding/MoU) dalam mendukung pengembangan amonia biru di Teluk Bintuni, Papua Barat. Dalam hal ini, Pertamina akan menjalankan studi mengenai potensi pasokan gas dan injeksi CO2 di Tangguh.
bp sendiri merupakan operator Tangguh, bertindak atas nama Kontraktor Kontrak Kerjasama Bagi Hasil (PSC) Tangguh. PSC ini terdiri dari Bp dan afiliasinya di Tangguh, MI Berau B.V., CNOOC Muturi Limited., Nippon Oil Exploration (Berau), Limited, KG Berau Petroleum Ltd., Indonesia Natural Gas Resources Muturi, Inc. dan KG Wiriagar Petroleum Ltd.
Sementara itu, studi yang dilakukan oleh Pertamina bertujuan untuk mendukung potensi pertumbuhan dalam industri petrokimia, khususnya di Papua Barat, sebagai upaya untuk membantu meningkatkan ekonomi lokal. MoU ini juga membuka jalan bagi bp dan Pertamina dalam mendukung transisi energi dengan menyediakan produk energi bersih melalui Tangguh Carbon Capture, Utilizaton and Storage (CCUS).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
bp Regional President Asia Pacific, Gas & Low Carbon Energy, Kathy Wu mengatakan, pihaknya bangga bisa mendukung Pertamina dan pemerintah Indonesia dalam agenda Net Zero Emission melalui potensi pasokan gas dan injeksi CO2 di Tangguh.
"MoU ini menandakan kerja sama strategis kami dengan Pertamina," katanya, dalam acara The International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIOG) ke-4, Nusa Dua Bali, Rabu (20/9/2023).
Sementara itu, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Taufik Aditiyawarman mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk menyelesaikan Trilema Energi dengan menyediakan energi yang tidak hanya mencukupi dan terjangkau, tetapi juga berkelanjutan bagi negara. Hal ini diwujudkan lewat langkah agresif mengeksplorasi energi bersih alternatif baru.
"Termasuk amonia biru, yang merupakan salah satu pendorong utama produksi listrik bersih dengan co-firing. Sebagai pelaku usaha bidang refineri dan petrokimia hilir, kolaborasi PT KPI dengan perusahaan hulu minyak dan gas untuk membawa teknologi CCS adalah faktor penting dalam mencapai sertifikasi biru dengan mengurangi lebih dari 70% emisi CO2 dari proses produksi Amonia," ujarnya.
"MoU ini merupakan awal dari upaya kolaboratif antara Pertamina dan bp untuk mendukung agenda net zero yang telah menjadi komitmen penting pemerintah Indonesia," tambahnya.
Proyek Tangguh CCUS yang dilakukan oleh bp telah mendapatkan persetujuan Plan of Development dari pemerintah Indonesia pada tahun 2021, dengan pekerjaan FEED yang sedang berlangsung dan rencana persetujuan proyek dalam waktu dekat. Tangguh berada pada posisi yang tepat dan memiliki potensi untuk menjadi pusat CCS pertama di negara ini bagi penghasil emisi baik domestik maupun internasional.
(shc/das)