Pemerintah Rusia memutuskan untuk menutup keran ekspor bensin dan solar mereka kesemua negara di dunia, kecuali empat negara yang tergabung dalam Eurasian Economic Union yang dipimpin langsung oleh mereka. Lantas apakah kebijakan ini dapat membuat harga BBM di RI naik?
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan kebijakan ini bisa saja membuat harga BBM naik. Namun kenaikan ini tidak terjadi secara langsung atau butuh waktu.
Sebab menurutnya selama ini Indonesia sendiri tidak pernah mengimpor BBM dari Rusia, namun kebanyakan berasal dari negara-negara Timur Tengah. Jadi kondisi ini tidak akan membuat stok bensin di RI menurun yang bisa membuat harga langsung naik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kira nggak ada pengaruhnya secara langsung gitu ya, karena selama ini Indonesia impor BBM memang dalam jumlah yang besar tapi itu sebagian besar dari negara-negara Timur Tengah. Jadi selama ini Indonesia juga tidak impor secara langsung dari Rusia, sehingga pembatasan ekspor Rusia terhadap BBM-nya tidak berpengaruh secara langsung," ungkap Fahmy saat dihubungi detikcom, Selasa (26/9/2023).
Menurutnya, kenaikan harga BBM di Indonesia baru akan terjadi terjadi abila adanya kenaikan harga minyak mentah di pasar global akibat kurangnya pasokan dari Rusia.
"Kalau harga ekspor BBM itu kan sangat bergantung pada harga minyak mentahnya ya, kalau minyak mentahnya itu dibatasi oleh Rusia dalam pemberhentian ekspor tadi, maka itu akan mengurangi supply minyak mentah yang ada di pasar, sehingga berpotensi akan menaikkan harga," tambahnya.
Terpisah, Pengamat Energi Universitas Indonesia (UI) Iwa Garniwa juga mengatakan penutupan keran ekspor BBM Rusia ini tidak akan secara langsung membuat harga BBM di RI naik. Namun lebih kepada membuat harga minyak mentah di pasar global naik, dan sedikit banyak hal inilah yang dapat memberikan pengaruh terhadap harga BBM di Indonesia.
"Pengaruh langsung tidak ada, tapi dampak global pasti ada, karena negara yang terkena dampak langsung akan mencari alternatif lain, otomatis keseimbangan supply akan berubah. Kecenderungan harga minyak dunia akan naik dan tentunya Indonesia pun akan kena dampaknya," ungkap Iwa.
Meski begitu ia merasa penutupan keran ekspor BBM Rusia akan membutuhkan waktu untuk bisa berdampak pada harga BBM di RI. Sebab pembelian bahan bakar atau minyak mentah ini dilakukan sebelum Rusia mengeluarkan kebijakan itu. Jadi bila memang terjadi kenaikan harga minyak mentah global, maka hal ini baru akan berimbas pada pembelian berikutnya.
"Seharusnya tidak karena harga pembelian sebelumnya sudah ditentukan. Namun tergantung berapa lama Rusia menahan ekspornya," tuturnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro. Dirinya juga menegaskan bila pemberhentian ekspor bensin dan solar yang dilakukan Rusia tidak akan berimbas langsung terhadap ketahanan energi di RI.
Sebab menurutnya Indonesia sendiri tidak pernah mengimpor langsung BBM atau minyak mentah dari Rusia. Namun ia juga tidak memungkiri bila pemberhentian ekspor bensin dan solar Rusia ini dapat menaikkan harga minyak mentah global yang sedikit banyak bisa mempengaruhi harga BBM di RI.
"Kalau pengaruhnya mungkin nggak langsung ya, tapi karena pasarnya di ekonomi terbuka kan sudah terhubung antara negara yang satu dengan yang lain, jadi artinya kalau Rusia nggak supply ke market berarti kan ada produk yang kurang, kalau produk kurang biasa harga akan naik dan itu akan kena ke semua pelaku ekonomi di dunia termasuk Indonesia sih," jawab Komaidi.
"Porsinya Rusia ini kan cukup besar sebetulnya, jadi mereka itu menghasilkan sekitar 14-15 juta barel per hari dan mereka kan biasanya cuma pakai 3-4 (juta barel), berarti yang dijual ke pasar selama ini gede gitu lah," tambahnya lagi.
Simak juga Video: Kala Prabowo Jamin Indonesia Tak Akan Lagi Impor BBM ke Depan