Diketahui, Bioavtur-SAF memiliki harga yang lebih tinggi daripada avtur fosil karena selain menjadi komoditas, Bioavtur-SAF juga memiliki kelebihan yaitu Greenhouse Gas emisi lingkup tiga yang lebih rendah daripada fossil fuel. Untuk itu diperlukan kebijakan dari Pemerintah dan kerja sama lintas sektor untuk komersialisasi produk ini.
Taufik menambahkan, pengembangan ini merupakan komitmen Kilang Pertamina dalam mencapai tujuan SDGs 'Energi Bersih dan Terjangkau' dan mendukung NZE 2060.
"Pengembangan ini menunjukkan komitmen Kilang Pertamina dalam mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 yakni 'Energi Bersih dan Terjangkau' serta sejalan dengan komitmen Kilang Pertamina dalam menjaga ketahanan energi nasional dan mendukung Net Zero Emission (NZE) 2060," ujar Taufik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menyatakan keberhasilan Kilang Cilacap dalam memproduksi Bioavtur-SAF sejalan dengan program transisi energi Pertamina yaitu dalam bentuk inovasi bahan bakar hijau.
"Pertamina dengan seluruh anak usahanya membuktikan komitmennya dalam mendorong transisi energi dalam hal ini untuk bahan bakar hijau untuk industri aviasi. Kilang di Pertamina contohnya Kilang Cilacap telah menjadi Green Refinery dan terbukti mampu memproduksi bahan bakar rendah emisi," ungkap Fadjar.
Sejak Februari 2022, Kilang Cilacap telah memiliki Green Refinery yang mampu memproduksi produk dengan emisi gas rumah kaca yang rendah. Green Refinery RU IV Cilacap telah mendapat pengakuan sertifikat International Sustainability Carbon Certification (ISCC), yang membuktikan terpenuhinya seluruh persyaratan internasional terkait sustainability produknya.
Produk utama Green Refinery RU IV Cilacap adalah Green Diesel, yang diproduksi dari bahan baku 100% terbarukan, memiliki kadar sulfur yang melebihi standar Euro V, dan memiliki kapasitas produksi sebesar 2500 BPD. Selain itu, Green Diesel, Green Refinery RU IV Cilacap juga berhasil memproduksi Bioavtur-SAF dengan kandungan renewable sebesar 2.4% dan kapasitas 9 BPD melalui metode co-processing. Penggunaan produk Bioavtur-SAF bila digunakan oleh airline berpotensi menurunkan emisi karbon dalam industri penerbangan sekitar 22 ribu Ton CO2e per tahun.
KPI yakin produk SAF ini dapat segera dipasarkan sebagai solusi untuk program dekarbonisasi industri penerbangan. Keberhasilan Pertamina dalam melalui uji coba Ground Test dan Flight Test tidak lepas dari kolaborasi Pertamina Group melalui Research & Technology Innovation (RTI), Kilang Pertamina Internasional (KPI), dan Pertamina Patra Niaga (PPN) bersama dengan Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, ITB, APROBI (Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia), BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit), LEMIGAS, BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Garuda Indonesia dan Garuda Facility Maintenance yang secara intensif mengawal rangkaian uji produk SAF ini.
Sebagai informasi, PT Kilang Pertamina Internasional merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang berfokus pada pengolahan minyak dan petrokimia dengan prinsip ESG (Environment, Social & Governance). Perusahaan ini telah terdaftar di United Nations Global Compact (UNGC) dan berkomitmen pada Sepuluh Prinsip Universal UNGC dalam operasionalnya sebagai bagian dari pelaksanaan ESG.
Simak Video "Hari Lingkungan Hidup 2025: Pertamina Tampilkan Teknologi Ramah Lingkungan dari Desa"
[Gambas:Video 20detik]
(ncm/ega)