PT PLN (Persero) mengantongi sejumlah kesepakatan penting pada perhelatan Konferensi Perubahan Iklim Persatuan Bangsa Bangsa, COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Berbagai kerja sama tersebut bertujuan untuk mengakselerasi transisi energi Indonesia.
Kerja sama tersebut diteken pada Minggu (3/12/2033) disaksikan oleh Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati. PLN menekan kesepakatan dengan Global Energy Alliance for People and Planet (GEAPP), The US National Renewable Energy Laboratory (NREL), Kreditanstalt fÃŧr Wiederaufbau (KfW), PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) dan Asian Development Bank (ADB), Cirebon Electric Power (CEP), dan Indonesia Investment Authority (INA).
Sri Mulyani mengapresiasi dukungan nyata dari pihak global dalam mewujudkan transisi energi di Indonesia. Ia menargetkan, kesepakatan yang diteken pada COP28 bisa segera dieksekusi dalam dua tahun mendatang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini merupakan langkah awal yang saya harapkan bisa menjadi hal nyata dalam satu dua tahun ke depan. Terima kasih atas dukungan semua pihak dalam kepercayaannya bekerja sama dengan Indonesia dalam memitigasi krisis iklim," kata Sri Mulyani dalam keterangan resmi, Senin (4/12/2033).
Sri Mulyani menjelaskan, Indonesia membutuhkan setidaknya US$ 97 miliar hingga tahun 2030 untuk menjalankan transisi energi. Indonesia saat ini telah memiliki Energy Transition Mechanism (ETM), yakni sebuah mekanisme pembiayaan campuran yang bisa dimanfaatkan oleh seluruh pihak global dalam menyelesaikan krisis iklim.
"Kami membutuhkan langkah konkret melalui Green Low-Cost Financing. Kami memberikan landasan yang kuat bagi platform negara pembiayaan ramah lingkungan melalui ETM dan JETP yang telah kami tuangkan dalam Comprehensive Investment & Policy Plan (CIPP)," sambungnya.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menjelaskan PLN dalam CIPP terlibat dalam ratusan proyek transisi energi. Dalam capaian kesepakatan pertama di Dubai, PLN bakal mengebut pengembangan Accelerated Renewable Energy Development (ARED). Dengan ARED, PLN diproyeksi bisa mereduksi 127 juta ton CO2 pada 2030.
"Kami mengerahkan best effort kami dalam menjalankan transisi energi ini. Kami tidak bisa berjalan sendiri. Kami memerlukan kolaborasi global dari sisi kebijakan, teknologi, inovasi serta investasi dalam menyelamatkan bumi," kata Darmawan.
Darmawan lantas merinci, PLN bekerja sama dengan NREL yang merupakan pusat pengembangan EBT asal Amerika Serikat. NREL dalam hal ini juga bertindak sebagai sekretariat interim Global Power System Transformation. Ia menjelaskan kerja sama ini nantinya akan memuat terkait studi pengembangan control center PLN. Inovasi teknologi terkini sangat diperlukan untuk mempercepat pengembangan EBT dan agar pembangkit EBT bisa beroperasi secara efisien dan ekonomis.
Secara spesifik, kedua belah pihak juga akan mengkaji integrasi sistem jaringan Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera. Tiga wilayah tersebut memiliki potensi EBT yang besar sehingga diperlukan sistem jaringan integrasi agar seluruh pasokan listrik bisa dialirkan kepada seluruh masyarakat.
"Transisi tidak akan bisa terlaksana tanpa adanya transmisi. Maka, kerja sama dalam inovasi teknologi membuat jaringan transmisi yang andal dan mampu menjadi solusi dari mismatch sumber EBT ke demand menjadi sangat penting. Upaya ini mampu mengakselerasi peningkatan penggunaan EBT," kata Darmawan.
Kerja sama kedua, PLN dan GEAPP bakal berkolaborasi dalam pengembangan proyek potensial dalam penurunan emisi karbon secara signifikan dalam sektor ketenagalistrikan. Khususnya dalam menggantikan pembangkit yang selama ini berbasis energi fosil ke energi domestik sesuai dengan potensi wilayah.
Bersama GEAPP, PPN akan mengakselerasi dedieselisasi, infrastruktur kendaraan listrik, dan juga pengembangan EBT di Indonesia.
Kerja sama ketiga, PLN juga menyepakati kerja sama dengan PT SMI dan KfW untuk memanfaatkan Project Development Facility (PDF) yang dikelola oleh PT SMI untuk proyek-proyek Pumped Storage Hydroelectric Power Plant dalam rangka percepatan transisi energi di Indonesia.
Nantinya, KfW bersama PT SMI akan memberikan dukungan dalam bentuk Feasibility Study dan Environmental & Social Scoping pada tahapan persiapan proyek PLTA Grindulu Pumped Storage 4x250 MW dan PLTA Sumatera Pumped Storage 2x250 MW.
Adapun kerja sama terakhir adalah PLN bersama CEP, ADB, dan INA mengupayakan percepatan pemensiunan operasional PLTU Cirebon pada Desember 2035. Hal ini lebih cepat dibanding target sebelumnya pada Juli 2042. Darmawan mengatakan, upaya ini mampu menghindarkan emisi karbon hingga 30 juta ton CO2.
"Di bawah arahan Ibu Sri Mulyani, kami bisa mendapatkan dukungan green financing country platform untuk mengekspansi upaya kami dalam transisi energi. Di bawah skema pendanaan inilah kami mampu mengekspansi proyek EBT kami hingga 21,6 GW," tutup Darmawan.
(eds/eds)