Pakar energi sekaligus Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) periode 2016-2019 Arcandra Tahar bicara tentang transisi energi di Indonesia. Menurutnya, geothermal alias panas bumi akan menjadi sumber energi strategis di masa depan.
Arcandra mengatakan, Indonesia merupakan negara yang punya potensi panas bumi cukup besar. Oleh karena itu, menurutnya di masa depan panas bumi bisa menjadi alternatif strategis dari energi bersih.
"Kenapa geothermal? Tidak semua negara dikaruniai. Kita salah satu negara yang cukup banyak geothermal. Apakah bersih? Bersih. Renewable? Renewable. Andal? Andal," katanya, dalam acara The Futurist Summit 2023, di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta Selatan, Selasa (12/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian, ada satu hal yang menjadi tantangan besar dalam pengembangannya yaitu dari segi biaya. Pengembangan panas bumi membutuhkan biaya yang jauh lebih mahal dibandingkan batu bara, bahan bakar minyak (BBM), hingga gas.
"Yang jadi perdebatan, apakah kita mampu menjadikannya affordable. Karena dia masih lebih mahal dibandingkan batu bara, BBM, dan sedikit lebih mahal dari gas," katanya.
"Persoalannya, mampukah generasi yang akan datang menciptakan teknologi yang menggunakan energi bersih dengan geothermal yang affordable?," sambungnya.
Di sisi lain, menurutnya satu hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam proses transisi energi ialah bagimana mencapai titik keseimbangan. Antara pertumbuhan eko dengan penggunaan energi bersih. Jangan sampai karena dipaksakan justru malah mengorbankan kebutuhan masyarakat itu sendiri.
"Dalam masa transisi ini, sewaktu saya di Kementerian dulu, kita menteri-menteri ASEAN bersepakat, kalau saya tidak salah, untuk menjaga pertumbuhan ekonomi," ujarnya.
Selaras dengan itu, menurutnya salah satu sumber energi yang bisa dimanfaatkan selama masa transisi menuju Indonesia Net Zero Emission 2050-2060 ialah energi gas. Walau tidak sepenuhnya bersih, namun gas punya emisi yang jauh lebih rendah ketimbang bahan bakar fosil.
"Maka kita harus menggunakan gas sebisa mungkin untuk menggantikan fosil yang lebih kotor dalam masa transisi ini. Kemudian apakah gas itu bisa memenuhi 3 kriteria tadi, affordable yaitu andal, reliable, kemudian bersih," kata Arcandra.
"Kalau bersihnya, dia jauh lebih bersih. Apakah dia bersihnya lebih dibanding renewable (energi)? Tidak, tapi hanya bentuk kompromi di situ," pungkasnya.
(shc/das)