Raksasa minyak BP mengumumkan akan menghentikan sementara seluruh pengiriman minyak perusahaan melalui Laut Merah. Langkah ini diambil usai maraknya serangan-serangan dari kelompok bersenjata Houthi ke kapal komersial di area perairan itu.
Melansir dari BBC, Selasa (19/12/2023), belakangan ini kelompok bersenjata Houthi memang banyak melakukan serangan menggunakan drone dan roket terhadap kapal-kapal milik asing yang mereka yakini akan menuju Israel. Tindakan ini diambil kelompok itu usai menyatakan dukungan mereka terhadap Hamas.
Padahal Laut Merah sendiri merupakan salah satu rute terpenting di dunia untuk pengiriman berbagai komoditas termasuk minyak dan gas alam cair, serta barang-barang konsumen lainnya. Akibatnya saat ini ada banyak perusahaan pengangkutan di dunia yang sudah menghentikan perjalanan melalui kawasan tersebut, termasuk BP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalahnya para analis berpendapat bila perusahaan minyak besar lainnya mengikuti langkah BP, maka harga minyak global dapat mengalami kenaikan harga. Sebab bila tidak melalui Laut Merah, pengiriman minyak menempuh rute yang lebih panjang dan mengeluarkan biaya lebih.
"Saat ini belum jelas seberapa signifikan dampaknya (BP stop pengiriman minyak melalui laut merah)," kata sejarawan minyak dan analis di Eurasia Group, Gregory Brew.
"Tetapi jika semakin banyak perusahaan pelayaran (pengangkut minyak) yang mengalihkan lalu lintas mereka, dan jika gangguan tersebut berlangsung lebih dari satu atau dua minggu, harga kemungkinan akan semakin meningkat," tambahnya.
Karenanya, untuk mengatasi permasalahan ini pemerintah AS mengaku akan memimpin operasi angkatan laut internasional untuk melindungi kapal-kapal di sepanjang rute tersebut. Negara-negara yang bergabung dalam kelompok keamanan tersebut antara lain Inggris, Kanada, Prancis, Bahrain, Norwegia, dan Spanyol.
"Meningkatnya serangan ceroboh Houthi yang berasal dari Yaman baru-baru ini mengancam arus bebas perdagangan, membahayakan pelaut yang tidak bersalah, dan melanggar hukum internasional," ungkap Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dalam sebuah pernyataan.
(fdl/fdl)