Bahaya Konflik di Laut Merah: Kerek Harga Minyak-Gangguan Pasokan

Bahaya Konflik di Laut Merah: Kerek Harga Minyak-Gangguan Pasokan

Aulia Damayanti - detikFinance
Rabu, 17 Jan 2024 08:25 WIB
Ilustrasi sektor migas
Foto: Ilustrasi Migas (Fauzan Kamil/Infografis detikcom)
Jakarta -

Konflik di Laut Merah semakin memanas antara kelompok Houthi dari Yaman dengan pasukan Amerika Serikat dan Inggris. Kedua kubu tersebut saling membalas serangan di tengah serangan yang dilakukan Israel ke Palestina.

Pengusaha minyak dunia pun mengungkapkan konflik yang bertubi-tubi itu berdampak pada meningkatnya harga minyak dan gangguan pasokan di Timur Tengah. Hal ini diungkapkan oleh CEO Chevron Michael Wirth.

"Ini adalah situasi yang sangat serius dan tampaknya semakin buruk," kata Wirth, dikutip dari CNBC, Rabu (17/1/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wirth mengatakan dia terkejut minyak mentah AS diperdagangkan di bawah US$ 73 per barel. Gangguan pasokan disebabkan karena distribusi minyak ke sejumlah wilayah harus dihentikan akibat jalur pengiriman terganggu.

"Begitu banyak aliran minyak dunia melalui wilayah tersebut yang harus dihentikan, saya pikir Anda bisa melihat banyak hal berubah dengan sangat cepat," ujar Wirth.

ADVERTISEMENT

Sejumlah perusahaan minyak dunia juga telah melakukan penghentian pengiriman ke Timur Tengah akibat konflik yang tengah memanas di Laut Merah. Perusahaan minyak itu di antaranya Shell dan BP.

Laut merah sendiri merupakan salah satu jalur perdagangan dunia untuk pelayaran dari Asia ke Eropa atau sebaliknya. Jalur ini memotong jalur Terusan Suez. Sebesar 15% perdagangan dunia melalui Laut Merah.

Jadi, tidak heran jika jalur itu terganggu, dampaknya akan sangat besar pada perdagangan dunia. Sekitar 7 juta barel minyak mentah dan produk biasanya melalui Laut Merah setiap hari.

Konflik apa di Laut Merah?

Terdapat kelompok Houthi yang membela Palestina, di mana semua kapal yang berlayar menuju Israel akan diserang. Namun, serangan ini tidak pandang bulu dan tujuan hingga akhirnya menggangu perdagangan dunia.

Pemerintah Amerika dan Inggris pun geram hingga melayangkan serangan balik agar jalur tersebut bisa dilalui untuk perdagangan. Serangan koalisi AS-Inggris ke Yaman dilancarkan pada Kamis (11/1) waktu setempat.

Mereka menargetkan fasilitas logistik dan sistem radar Houthi, kelompok bersenjata yang disokong Iran tersebut. Pada serangan militer ini, koalisi AS dan Inggris untuk pertama kalinya menembakkan rudal balistik spesifik mereka.

Namun, upaya itu direspon balik dengan saling menyerang. Kelompok Houthi di Yaman meluncurkan sebuah rudal balistik anti-kapal ke Laut Merah pada hari Jumat (12/1) waktu setempat. Ini sebagai pembalasan atas serangan Amerika Serikat dan Inggris ke Yaman yang menargetkan kelompok pemberontak yang didukung Iran tersebut.

(ada/das)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads