Harga minyak menguat pada Kamis karena ekspektasi permintaan meningkat karena kuatnya pertumbuhan ekonomi AS dan stimulus China. Sementara pasokan minyak turun karena badai musim dingin.
Dikutip dari CNBC, Kamis (26/1/2024), kontrak minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk Maret naik US$ 2,27 atau 3,02% menjadi US$ 77,36 per barel. Sementara itu untuk kontrak Brent pada Maret naik 2,99% atau US$ 2,39 menjadi $82,43 per barel.
WTI telah naik hampir 8% tahun ini, sementara Brent naik 7% pada awal 2024 setelah kedua indeks acuan minyak tersebut turun lebih dari 10% tahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Matt Maley, Kepala Strategi Pasar di Miller Tabak mengatakan minyak mentah AS yang menembus di atas US$ 76 per barel mengkonfirmasi tren harga minyak telah bergerak ke atas. Katalis kenaikan harga berikutnya akan terjadi jika WTI dapat menembus di atas rata-rata pergerakan 200 hari di US$ 77,65.
Harga minyak menguat setelah pertumbuhan kuartal IV AS mencapai 3,3%, mengalahkan ekspektasi Wall Street 2%. Meroketnya pertumbuhan ekonomi mengindikasikan permintaan minyak akan meningkat.
Sementara itu pemerintah China berjanji mengurangi jumlah likuiditas yang harus disediakan bank-banknya dalam upaya untuk meningkatkan perekonomian negara yang sedang melemah. Stimulus tersebut dinilai dapat membendung gelombang melemahnya permintaan di China.
Sementara itu, sisi pasokan minyak semakin ketat dengan stok minyak mentah komersial di AS menurun 9,2 juta barel. Penurunan stok ini disebabkan oleh produksi AS yang terdampak badai musim dingin awal bulan ini.
Produksi minyak AS turun 1 juta barel per hari menjadi 12,3 juta barel per hari pada minggu lalu. North Dakota, negara bagian penghasil minyak mentah terbesar ketiga di AS, terkena dampak buruk cuaca musim dingin dengan produksi turun 700.000 barel per hari pada titik terburuk pekan lalu.
Ketegangan juga masih tinggi di Timur Tengah ketika Houthi menyerang kapal kontainer berbendera AS yang transit di Teluk Aden pada Rabu. AS melancarkan serangan udara terhadap kelompok Houthi di Yaman dan militan sekutu Iran di Irak minggu ini.
Para pedagang dan analis sedang memantau situasi di Timur Tengah dengan cermat untuk melihat apakah konflik tersebut mungkin mengganggu pasokan minyak mentah.
(hal/ara)