Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan merespons turunnya harga nikel dunia. Dalam hal ini, jelas Luhut, tidak boleh melihat hanya 1 tahun saja melainkan harus jangka panjang.
Pernyataan ini Luhut ini merespons Thomas Lembong (Tom Lembong) yang menyatakan harga nikel dunia mengalami penurunan. Co-Captain 2 Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN) menganggap hal ini disebabkan program hilirisasi dilakukan secara ugal-ugalan.
"Saya kan bilang sama dia harus lihat siklus 10 tahun, ndak boleh lihat setahun doang," ujar Luhut di Kantor Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Jumat (26/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luhut menjelaskan harga nikel sempat menyentuh angka US$ 12 ribu per ton beberapa tahun ke belakang. Namun dalam pernyataan terpisahnya lewat video Instagram, harga nikel saat ini masih di level US$ 15 ribu per ton.
"Dulu rata-rata sebelum ini juga di US$ 12 ribu," tuturnya.
Luhut mengklaim tak ada dampak negatif yang dirasakan Indonesia dari turunnya harga nikel. Sebalikanya, Luhut memamerkan angka penerimaan ekspor yang masih tinggi.
"Dampaknya (harga nikel turun), penerimaan ke ekspor kita tahun lalu tinggi, penerimaan negara juga tinggi. Apa dampak negatifnya, nggak ada. Bahwa ada di sana sini yang kurang, ya itu kita perbaikin," jelasnya.
Sebelumnya Tom Lembong mengatakan hilirisasi dilakukan secara berlebihan, maka bisa merugikan Indonesia, karena bisa membuat harga nikel jadi anjlok. Hilirisasi bisa jadi senjata makan tuan.
"Karena apa, senjata makan tuan. Saking gencarnya menggenjot smelter nikel, kemudian membanjiri dunia dengan supply nikel sampai harganya anjlok, itu malah berbalik ke kita sendiri, artinya merugikan diri kita sendiri," tutur Tom Lembong.
(hns/hns)